Kegiatan workshop
kepenulisan proposal yang diberikan khusus untuk mahasiswa Pendidikan
Matematika (PMT) angkatan 2014 UIN Suska Riau pada tahun 2017 dilaksanakan di Sumatera Barat ( Sumbat) tepatnya di
Universitas Negeri Padang (UNP).
Tiga hari di dalam kelas, hanya beristirahat saat jam
istirahat dan istirahat malam tentu saja membuat kami merasa jenuh dan bosan,
untung saja di hari terakhir ada waktu jalan-jalan, tepatnya sekitar jam
setengah empat sore. Peserta workshop diperbolehkan memilih antara jalan-jalan
sendiri atau bergabung dengan rombongan workshop.
Aku salah satu orang yang memilih berpisah dari rombongan,
bersama dua orang teman mahasiswa Padang yang ku kenal ketika Pelatihan
Jurnalistik Tingkat Lanjut (PJTL) di Lampung, Uda Revo dari UIN Imam Bonjol dan
Uda Jimi dari UNP. Aku memanggilnya uda karena mereka orang minang. Aku dibawa
berkeliling Padang dan tentu saja mendapatkan bonus lebih daripada ikut
rombongan.
Pantai Padang
Pantai Padang atau pantai yang lebih dikenal dengan nama
Tapi Lauik (TapLau) ini selain letaknya di pinggir jalan juga menawarkan
pemandangan yang mempesona. Sekadar bersantai di bebatuan ataupun berjalan
menyusuri tepi pantai di atas pasirnya. Di sini aku bertemu dengan rombongan workshop dan bergabung sejenak hingga
matahari tenggelam.
Jembatan Siti Nurbaya
Mendengar namanya saja pasti mengingatkan kita tentang kisah
cinta tragis Siti Nurbaya dan Samsul Bahri serta Datuk Maringgih yang
melegenda. Usai shalat magrib aku diajak Uda Revo dan Uda Jimi menikmati jagung
bakar di atas Jembatan Siti Nurbaya, bukan di tengahnya tentu saja di pinggir. Menikmati
pemandangan malam, kapal-kapal yang berjejer di bawahh jembatan, serta bukit
yang dipenuhi lampu-lampu penduduk yang tinggal di sana.
Kelenteng See Hin
Kiong
Tak jauh dari Jembatan Siti Nurbaya aku diajak berkeliling
ke Kampung Cina, di sana terdapat kelenteng yang cukup menarik perhatian. Bentuknya
yang artistik dipadu denganwarna merah, tak lupa kami berfoto
sejenak mengabadikan memori reuni teman lama.
Jimi, Nafi, Revo |
Masjid Raya Padang
Setelah makan malam, kami pergi menuju Masjid Raya Sumatera
Barat, masjid ini sangat unik dan benar-benar kental nuansa minangnya. Jika biasanya
bentuk masjid selalu berkubah, masjid ini justru bertanduk yang merupakan ciri
khas minang. Di sini aku bertemu dengan teman se kampong, Yose namanya,
tetanggaku sekaligus temanku.
Akhirnya aku kembali ke penginapan yang berada di kawasan UNP
lewat dari jam 11 malam. Menyenangkan bertemu dengan teman lama, menjelajahi
kota mereka meski dalam waktu yang cukup singkat.
Terimakasih untuk Uda Revo dan Uda Jimi yang rela meluangkan
waktunya mengajakku jalan-jalan, ditraktir makan nasi, makan jagung bakar, dan
dibeliin jajan pulang sama Uda Jimi. Kapan-kapan kalau ke Pekanbaru aku ajak
jalan-jalan juga deh.
Nah buat teman-teman yang tidak punya banyak waktu ketika
berkunjung ke Padang, barangkali boleh dicoba nih tempat-tempat tersebut,
letaknya tidak berjauhan dan pemandangannya menakjubkan.
23 Februari 2017
23 Februari 2017
Makan jagung bakar di pinggir ,bukan di tengah ...
ReplyDeleteHa-ha-ha
Trip singkat .. kalo itu jembatan siti Nurbaya ? Jembatan Datuk maringgi nya mana :p
klo di tengah bahaya hahaha
ReplyDeletejembatan datuk maringginya dihancurkan sama samsul bahri
Pernah ke Padang saat masih SD, belum ngerti blog, fotografi dan lain2 hahahahaha.......sepertinya harus diulang biar maksimal
ReplyDeleteIya, masukkan Padang di list perjalanannya mas, biar maksimal wkwkwk
Delete