Menurun dan Menanjak, dengan turunan yang amat rendah serta tanjakan yang sangat tinggi, ditambah hujan semalam membuat jalan becek dan licin. Medan yang kami lewati tidak semudah yang kami bayangkan, sepertinya tempat ini sangat cocok untuk menguji adrenalin. Perjalanan untuk sampai ke Air Terjun Panisan bisa dilalui menggunakan sepeda motor, cocok bila menggunakan motor trail, bisa juga berjalan kaki untuk sampai ke tempat tujuan, tentunya dengan waktu yang lebih lama.
Air terjun Panisan,
terletak di Desa Tanjung, Kecamatan XIII Koto Kampar, Kabupaten Kampar. Menurut
Kepala Desa, M. Nasir, Air Terjun yang di juluki Air Terjun Perawan ini
ditemukan sejak dua tahun yang lalu, oleh Pemuda bernama Rahmat yang
sedang camping di wilayah tersebut. Ia melewati tanah tebing, yang
berdengung kala itu, ternyata itu adalah suara air terjun. “sejak saat itulah,
banyak orang mulai berdatangan,” tuturnya.
Saat itu aku pergi
bersama rombongan dari Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Gagasan UIN Suska Riau.
Kami berencana nge camp di Pulau sebelum menyeberang menuju air terjun,
kami pergi sore dan tiba di sana sehabis maghrib, mengurus izin terlebih dahulu
dengan warga desa agar tidak terjadi hal-hal yang tidak di inginkan. Karena
gerimis malam itu, kami tidak diizinkan untuk mendirikan tenda di pulau karena
khawatir air bisa naik sewaktu-waktu jika hujan bertambah lebat. Alhasil kami
mendirikan tenda di tepi sungai yang tak jauh dari penyeberangan dan ditemani
dua pemuda desa.
Untuk sampai ke Air
Terjun bisa di tempuh selama satu jam menggunakan sepeda motor dan dua jam
lebih bila berjalan kaki. Treknya cukup mudah bagi yang lihai menggunakan
sepeda motor apalagi dengan cuaca yang bersahabat karena jalan akan lebih mudah
untuk dilewati.
Sebelum melewati trek
tersebut, kami harus menyeberangi sungai menggunakan dua buah perahu yang di
gabungkan menjadi satu kemudian diatasnya dibentuk oleh papan-papan datar yang
memungkinkan untuk sepuluh sepeda motor muat diatasnya. Orang-orang disini
menyebutnya rakit. Rakit ini digerakkan oleh angin, dimana sebuah tambang yang
panjang diikatkan di rakit yang terhubung dengan tambang yang dipasang
melintang menyeberangi sungai seperti kabel listrik. Cukup membayar 10 ribu
rupiah sudah termasuk pulangnya.
Sampai di sebuah turunan
yang curam, kami memutuskan untuk berhenti dan melanjutkan perjalanan berjalan
kaki sepanjang Satu kilo meter, berjalan melewati kebun-kebun karet dengan
pemandangan yang sangat indah, suara-suara alam menjadi nada tersendiri yang
menyejukkan hati. Melintasi sungai-sungai kecil dengan air yang sangat jernih
dan jembatan-jembatan dari kayu yang dipasang jarang-jarang.
Gemuruh suara air yang
jatuh dari ketinggian memacu semangat kami untuk segera sampai ke air terjun.
Jatuh dari ketinggian 25 meter, sedikit menanjak ke atas lagi air terjun
tingkat dua dengan ketinggian 30 meter ucapkan ‘halo’ kepada kami.
Langsung kami menceburkan
diri di dinginnya air, di sebeleh kanan air terjun tingkat dua terdapat
batu-batu yang bisa dipanjat dengan mudah, sehingga kami bisa terjun bebas dari
ketinggian. Beberapa dari kami mencoba menantang adrenalin, terjun dari atas
bebatuan yang tinggi. Suasana sepi pecah oleh hiruk pikuk kami. seolah-oleh air
terjun ini adalah milik pribadi, karena tidak ada orang lain selain rombongan
kru Gagasan.
Kedalaman air yang hanya
sedalam 1,5 meter memudahkan kami yang tidak terlalu pandai berenang, sehingga
tidak khawatir tenggelam. Jika di air terjun lain kami kesusahan untuk berfoto
tepat di bawah air terjun, maka air terjun Panisan menawarkan kemudahan yang
tidak bisa di dapatkan di tempat lain.
Tidak hanya itu, area
wisata ini juga memiliki spot berfoto yang memukau dengan warna yang
didominasi hijau dan hitamnya bebatuan. Yang membuat kami tidak akan menyesal
telah datang dari jauh. Keindahan alamnya membuat kami semua tersihir dan
menghapus penat yang dirasakan selama perjalanan. Dinginnya air menghilangkan
bulir-bulir keringat kelelahan dan membayar lunas segala upaya untuk bisa
sampai di sini.
Di sebelah kiri air
terjun terdapat sebuah batu besar menuju keatas, dimana terdapat air terjun
tingkat tiga dengan ketinggian tujuh meter. Air terjun ini tidak sedalam air
terjun tingkat dua, cahaya matahari hanya sedikit yang menerangi,
ditambah bebatuan yang berlumut membuat suasana nyaris seperti di dalam
gua, dengan kedalaman air di bawah lutut orang dewasa.
Pagi itu kami puaskan
bermain-main melepaskan kepenatan tugas-tugas kuliah dan rutinitas di Gagasan.
Menikmati keindahan alam yang tidak bisa kami saksikan di kota Pekanbaru.
Wisata ini sangat
diminati oleh pengunjung baik dari Kampar maupun dari Luar daerah. Nasir
menuturkan, biasanya pengunjung bisa mencapai lebih dari 100 orang perhari,
terlebih di hari minggu. Pengunjung didominasi oleh wisatawan dari Pekanbaru.
“kalau hari libur, bisa sampai 400-an, kebanyakan mahasiswa” tutupnya.
***
Kayaknya seru banget ya Mbak.. semoga bisa ngadain perjalanan yang sama.. 😀
ReplyDeleteiya kk, aamiin. paling seru emang sama temen2
DeleteWow libur bisa sampe 400, berarti diminati banget ya
ReplyDeleteiya paling pas kalo gak hari libur.
Delete