Beberapa waktu yang lalu aku mengikuti workshop kepenulisan
yang diadakan oleh Media Online Qureta bekerjasama dengan PT Sinarmas. Peserta yang
mengikuti pelatihan tersebut terdiri dari berbagai penulis dari latar belakang
yang berbeda-beda. Seperti mahasiswa, guru, dan karyawan Indah Kiat.
Peserta rata-rata berdomisili di Pekanbaru dan sebagian dari
karyawan atau masyarakat yang tinggal di sekitar pabrik. Sebelum pelatihan
diadakan terlebih dahulu peserta dibawa ke area pabrik Perawang untuk melihat
bagaimana proses pembuatan kertas.
Kami bertolak dari Pekanbaru sekitar pukul 9 pagi menuju
Perawang menggunakan bus. Sampai di sana kami bertemu dengan peserta asal
Perawang. Kemudian kami dibawa masuk ke aula dan mendengarkan sambutan dari
direktur PT Indah Kiat.
Setelah makan siang, kami berkeliling untuk melihat
bagaimana proses pembuatan kertas. Hanya saja kami langsung dibawa di bagian
akhir dari proses yang berlangsung karena mesin pengolah kertas sedang
bermasalah. Mereka menyebutnya dengan mati mesin.
Ketika di dalam bus menuju tempat pengolahan, aku sempat
bertanya-tanya dengan pemandu dari Indah Kiat, Sastri namanya. Seperti yang
semua orang tahu, kertas dibuat dari kayu yang berasal dari pohon dan banyak
yang menyalahkan pabrik kertas sebagai perusak lingkungan.
Menanggapi hal ini, Sastri menampik tuduhan tersebut. Menurutnya
tidak sembarang pohon bisa dijadikan kertas. Pohon yang bisa dijadikan kertas
hanyalah pohon eukaliptus dan akasia. Indah Kiat juga memiliki hutan sendiri
sebagai tempat menanam pohon-pohon tersebut.
Kata Sastri Indah Kiat semua proses telah diatur dari
pembukaan lahan, pembibitan, penanaman sampai proses penebangan. “Semua dilakukan
dengan cara yang diizinkan,” katanya. Sastri juga menampik jika perusahaan
membuka lahan dengan pembakaran. Menurutnya semua dilakukan secara profesional.
Sebelum masuk ke pabrik kami diberikan helm keselamatan
kerja dan rompi yang tak kutahu kegunaannya untuk apa, yang jelas semua peserta
wajib memakai rompi dan helm tersebut. Masuk ke dalam kami di sambut dengan
gulungan-gulungan berbentuk seperti tisu toilet berukuran besar dan mengkilat. Aku
tidak menyentuhnya, dan tak kurasakan juga bagaimana teksturnya.
Mesin-mesin berukuran besar beroperasi mengolah hasil akhir
pembuatan kertas. Dari pemotongan kertas, pemilahan kertas yang tidak layak,
hingga pengepakan kertas. Semua dilakukan oleh tenaga mesin. Ada banyak merek
kertas diproduksi di sini. Seperti Amazon, Sinar Dunia, Gold dan merek-merek
lain yang terasa asing. Jujur aku hanya tau merek Sinar Dunia alias Sidu.
Kehidupan Masyarakat Sekitar Pabrik Kertas
Pabrik Kertas Indah Kiat juga menghasilkan limbah berupa
tali strapping. Tali ini digunakan untuk mengepak barang dan melindungi barang
dari goncangan ketika didistribusikan. Sisa-sisa tali strapping yang tak
terpakai ini menjadi limbah jika tidak dimanfaatkan dengan baik.
Kemudian limbah tersebut dijual kepada masyarakat yang
kemudian dijadikan anyaman dan menjadi daya jual dan rezeki tersendiri untuk
masyarakat.
Kami dibagi menjadi beberapa kelompok untuk melihat
pemanfaatan limbah pabrik tersebut. Kelompokku, kelompok dua berkunjung ke
pengolahan tali strapping dan pengolahan limbah kayu palet yang sudah tidak
terpakai lagi.
Kami berbincang banyak dengan pemilik bangsal anyaman tali
strapping yang juga meruapakan penggagas anyaman dari tali tersebut. Awalnya pabrik
memberikan limbah secara gratis hingga produksi tali tersebut mendapatkan omset
puluhan juta perbulannya. Kami melihat olahan tali strapping memiliki berbagai
macam bentuk seperti, pot bunga, keranjang, tikar dan lain-lain.
Setelah itu kami mengunjungi bangsal kayu milik
pemuda-pemuda yang tinggal di sekitar kawasan pabrik. Kayu-kayu palet yang
sudah tidak dipakai dimanfaatkan oleh para pemuda tersebut untuk membuat
kerajinan seperti kursi, meja dan gantungan kunci. Kayu-kayu tersebut diberikan
secara gratis oleh pabrik sebagai modal usaha kepada para pemuda tersebut.
Ketika kutanyai omset perbulannya, pemuda itu hanya menjawab
jika usahanya baru berjalan selama dua bulan.
Setelah kembali ke bus dan bertemu dengan peserta lainnya,
ternyata mereka diberi pengalaman yang berbeda-beda. Ada yang pergi ke
perkebunan jambu biji, ada juga yang pergi ke usaha jamur dan lain-lain.
Kami semua pulang ke Pekanbaru dan menuju Royal Asnof Hotel,
kemudian diberi tugas menuliskan apa yang telah didapatkan dari perjalanan di
Perawang. Setelah itu tulisan di review kembali bersama redaktur senior
dari Tempo.
Informatif banget,, ga hanya menggambarkan bagaimana pabrik kertasnya saja tetapi memuat tentang kehidupan masyarakat sekitar pabrik kertas. Good!!
ReplyDeleteSmoga brmanfaat ya kk
Deletekeren nih...tali stripping gak jd limbah tapi bisa didaur ulang
ReplyDeleteIya... Biar ga sia2
Deletehoooo jadi kertas2 itu dari pohon eukaliptus dan akasia ya..
ReplyDeleteIya mbak. Ga smbrg phon bsa
Deleteduh, envyyy banget liat mbaknya jalan2 ke pabrik kertas hikz
ReplyDeleteHehe kpn2 klo ad ksmpatan brkunjung k sna jg y mbk
Deletebaik banget yaa pabrik kertasnya, limbahnya bisa buat masyarakat. jadinya ada timbal balik juga ke masyarakat sekitar, dan membuka lapangan pekerjaan.
ReplyDeleteIya. Mreka pduli dg msyarakat yg tgal d skitarnya. Pun saling mnguntungkan
DeleteSeru banget ya mbk bisa secara langsung melihat proses pembuatan kertas.
ReplyDeleteSeru bgt mbak
DeleteWah punya pengalanan perjalanan ke parawang. Jadi seru nih bacanya
ReplyDeleteIya keren d sna mbak
DeleteLingkungan pabrik yg baik, keselamatan pekerja adalah no 1
ReplyDeleteMasuk pak eko
Delete