Ini adalah sebuah kisah perjalanan anak millenial yang tak pandai memanfaatkan teknologi dengan maksimal. Alhasil kisah tragis menghapiri. Bukan untung malah buntung. Semoga bisa dijadikan pelajaran.
Kegagalan adalah pengalaman terbaik, itu yang pernah orang katakan. Aku ingin sedikit berbagi tentang pengalaman gagalku menjadi seorang backpacker.
Hal yang harus dilakukan oleh seorang pelancong adalah menghemat sebisa mungkin ongkos perjalanan. Kesalahan yang aku lakukan adalah ketika melakukan perjalanan dari Semarang menuju Yogyakarta. Juga dari Yogyakarta ke Semarang.
Aku menerima mentah-mentah informasi yang kuterima. Tanpa menggali dan menanak informasi, jadilah informasi setengah matang, bahkan bisa dikatakan kurang layak untuk dimakan. Ini hanya perandaian kawan.
Informasi: Untuk sampai di Yogyakarta bisa menggunakan kereta api dengan biaya Rp. 10 ribu dari Semarang dan berhenti di Solo. Kemudian dari Solo naik kereta api lagi ke Yogyakarta dengan biaya Rp. 8 ribu. Pergilah pagi-pagi sekali, karena tiket tidak bisa dipesan online.
Itu informasi mentah. Tak diolah sehingga tak berfaedah, karena pada akhirnya aku dan teman-temanku memilih transportasi menggunakan jasa taksi online.
Baca juga: Semarang to Magelang: Wisata Candi Borobudur
Pulangnya, kami memutuskan untuk memakai jasa kereta api demi melakukan penghematan. Jika naik bis hanya perlu membayar sebanyak Rp. 25 ribu dari Yogyakarta ke Semarang. Kalau naik kereta api, kan cuma Rp. 18 ribu. Hitung-hitung hemat Rp. 7 ribu. Bisa buat beli makan siang.
Kami bangun pagi, dan sampai di Stasiun Yogyakarta pukul lima subuh. Dunia sudah sedikit lebih terang di sana. Kami memesan tiket menuju Solo. Sempat kutanyakan kepada mbak-mbak penjual tiket. "Mbak, dari Solo ke Semarang berapa ya?" tanyaku.
"Dari Solo ke Semarang Rp. 48 ribu, berangkatnya jam delapan malam," jawabnya.
Sebelum memutuskan untuk pergi ke Solo kami berunding terlebih dahulu. Kenapa begitu mahal, bukannya Solo-Semarang cuma Rp. 10 ribu. Kami datang subuh hari bukan untuk berangkat malam. Kami berunding tanpa bertanya, tanpa mencari informasi selengkap-lengkapnya. "Gimana kalau yang murah tu nanti gak ada?" Nia sedikit cemas.
Akhirnya kami memutuskan untuk berangkat naik kereta api tujuan solo. Berharap tiket murah masih ada. Kami berpikir membeli secara langsung akan dapat harga yang lebih murah, terbukti tiket yang dijual online dari Yogya ke Solo seharga Rp. 32 ribu. Tetapi jika beli secara langsung hanya Rp. 8 ribu.
Nurul dan Nia |
Tiba di Solo, kami langsung mengantri di loket penjualan tiket. Harga yang tawarkan tak berbeda jauh dengan harga yang dikatakan mbak-mbak di Solo tadi. Lemas mendengar hal itu, kami kembali berunding untuk menentukan masa depan keuangan kami. Aku, Nia dan Nurul.
Usut punya usut, ternyata kereta murah itu memang benar adanya. Hanya informasi yang kami dapatkan terlalu dangkal. Setelah bertanya ke sana ke mari dan tak lupa tanya Google. Akhirnya kami menemukan jawabannya.
Tiket Kereta Murah Solo-Semarang, Semarang-Solo
Ternyata kereta yang dimaksud adalah Kereta Api (KA) Kalijaga. Kereta ini hanya punya satu jadwal pergi dan satu jadwal pulang dalam satu hari. Ka Kalijaga memulai hari dari Stasiun Solo Balapan dan berakhir di Stasiun Semarang Poncol. Kemudian kembali lagi menuju Solo.
Rute Ka Kalijaga dimulai dari Stasiun Solo Balapan, kemudian Salem, Gundih, Telawa, Kedungjati, Brumbung, Semarang Tawang dan terakhir Semarang Poncol.
Untuk memesan pun tidak bisa sembarangan. Tiket hanya bisa dipesan di loketnya langsung. Tidak bisa secara online atau melalui mini market.
Ka Kalijaga berangkat dari Solo pukul 05.20 am. Tentu saja kami ketinggalan kereta, karena kami berangkat dari Yogyakarta pukul 5 am dan sampai di Solo 8.30 am. Sudah dipastikan kami tidak mendapatkannya. Seharusnya, kami berangkat dari Yogyakarta lebih subuh, seperti waktu ketika Bandung Bondowoso menyelesaikan 70 % candinya. Dan pastikan sampai di Solo sebelum Ka Kalijaga menggerakkan roda-rodanya.
Baca juga: Menilik Kisah Roro Jonggrang dan Bandung Bondowoso
Jika dari Semarang, tidak perlu terlalu terburu-buru bangun sebelum alarm berbunyi dan ayam berkokok. Karena Ka Kalijaga berangkat dari Semarang setelah menempuh perjalanan jauh dari Solo. Ka Kalijaga berangkat dari Stasiun Semarang Poncol pukul 9 am. Kemudian mampir di Stasiun Semarang Tawang pukul 9.07 am. Jadi bisa memilih mau lewat Stasiun Tawang atau Poncol.
Dulu kupikir kalau dari Semarang harus bangun subuh-subuh untuk dapatkan kereta. Aish bodohnya aku yang tak memanfaatkan teknologi.
Nasib Kami Setelah Tiba di Solo Balapan
Ning Stasiun Balapan
Rasane Koyo Wong Kelangan
Kowe Ninggal Aku
Ra Kroso Netes Eluh Ning Pipiku
Nurul menyanyikan lagu Didi Kempot. Di Solo kami tidak tahu apa-apa. Bisa dikatakan kami adalah backpacker gagal. Tak mengeluhkan kesalahan, kami langsung bergerak menuju terminal bis. Melewati jembatan panjang seperti tak berujung yang ada di Stasiun Solo Balapan.
Aku menggendong ransel kecil di punggungku, tas selempang yang muat banyak memberikan tekanan lebih di bahu kananku. Sedang di bahu kiri menanggung beban tote bag berisi makanan. Tangan kananku juga tidak bisa bergerak bebas karena membawa satu kantong plastik besar berisi belanjaan dari Yogyakarta. Bisa kau bayangkan betapa kelimpungannya aku kala itu.
Tak hanya aku, Nurul dan Nia pun bernasib serupa. Membawa barang dan memikulnya di badan di mana ada tempat bisa disangkutkan barang.
Lega kelegaan hangat, ketika berjalan di jembatan yang bernama Solo Sky Bridge ini, kami berjumpa dengan sebuah troli tanpa tuan. Berlari aku menyongsongnya, senang bahagia seperti remaja yang baru jatuh cinta. Wkwkwk.
Menyusuri Solo Sky Bridge |
Jembatan ini sunyi sepi dan tak bernyawa, hanya kami bertiga dan satu orang yang tak ku kenal di belakang kami menyusuri jembatan yang lebih mirip seperti koridor ini. Ujung dari jembatan ini adalah Terminal Tirtonadi.
Dari Tirtonadi kami naik bis menuju Semarang seharga Rp. 30 ribu. Kata kernetnya, jika tujuan kami adalah Ngaliyan, Semarang. Maka kami harus turun di Terminal Sukun.
Buta dengan arah, tak tahu dengan tempat, kami hanya pelancong asing yang gagal menjadi backpacker. Kelewatan terminal menambah daftar kegagalan kami hari itu. Mengharuskan kami turun di terminal yang cukup jauh dari Ngaliyan. Terminal Terboyo Semarang.
Tentu saja kami harus putar arah, dari Terboyo menuju Ngaliyan. Berpindah ke bis reyot dan sudah pasti harus bayar lagi, meski Rp. 10 ribu, tetap saja itu uang. Alamak, sial kali nasib anakmu hari itu.
Bukan untung malah buntung, niat menghemat malah merugi. Itulah kami. Jika tahu akan seperti lebih mudah kembali ke Semarang dengan pesat tiket melalui aplikasi. Aish sudahlah. Nasi sudah menjadi bubur.
Kami diturunkan di Jalan Walisongo, tepatnya di depan Polsek Tugu, dekat dengan Kampus I UIN Walisongo. Dari situ kami memesan taksi online menuju kosan teman kami, Ainun.
Jangan hitung berapa biaya perjalanan kami hari itu. Yang jelas, tak sesuai perkiraan. Hahaha... Pengalaman seorang backpacker gagal. Semoga menjadi pelajaran untuk perjalanan-perjalanan selanjutnya.
Nice kaka!! ^^
ReplyDeleteThanks adek
DeleteOleh olehnya mana kakakkk haha
ReplyDeletedah habis ditelan masa
DeleteWah kurang gercep tuh, wkwkw...
ReplyDeleteIya gak tau apa2 sih. Cma dngr dr ktanya katanya
DeleteKabar baiknya, budgetnya ngga kurang yaa.
ReplyDeleteHehehe
Untung nya mbk. Harus slalu sdia uang lbih klo traveling
Deletehahahhaha sebernya sih ngak gagal banget mbak, kan pengalamannya yang ngak terbeli toh.
ReplyDeletePenglman adlh gru trbaik. Haha pijkn buat k dpn
DeleteHehe, gakpapa mba.. Pengalamanya malah bisa jadi satu tulisan di blog, ya, Dan bermanfaat juga buat traveler lain biar gak kecele.. :D Pagi banget ternyata yaa yg kereta murah itu dan cuma sekalipun sehari..
ReplyDeleteBner mbk. Klo dri solo g msalah. Klo dr jogja yg agk sial
DeleteHihi..tapi seru kan mb?nambah pengalaman juga ..besok2 kalau backpackeran lagi sudah tahu apa yang mst dipersiapkan..
ReplyDeleteBner bgt mbk. Msih ada faedahnya juga
DeleteJadi teringat beberapa waktu lalu aku ke Semarang bersama teman-teman naik kereta, seru banget. Jadi pengen liburan naik kereta lagi deh, kemarin sempat cek untuk Yogya juga lumayan banget harganya gak bikin bobol kantong.
ReplyDeleteHahahaha...pengennya sih irit ya Mbak. Tapi kenyataannya malah lebih boros. Apalagi naik bis pakai acara salah turun lagi..pengalaman berharga bangeet
ReplyDeletePengalaman kayak gini yag gakan pernah terlupakan
ReplyDeleteKalau baca cerita tentang kereta gini sayanya selalu membatin: kapan yaa bisa naik kereta juga. Wkwkwkwk, sampai sekarang pengen banget euy nyobain moda transportasi yang satu ini.
ReplyDeleteSelalu ada sisi positif dari perjalanan ya, meskipun salah jalan dan salah perkiraan biaya.
ReplyDeleteTerima kasih ya sudah berbagi :)
Hahahah.. karena kurang menggali informasi ya mbak? tapi selalu ada hikmahnya, jadinya mbak bisa menceritakan pengalaman ini ke kami..:))
ReplyDeleteHihihih! Tapi, karena ada drama ini, saya jadi tau tentang jadwal kereta yang hanya lewat sekali ini :D
ReplyDeleteMemang googling itu haruslah mendetail. Saya juga pernah kecele. Cuman mesti banyak blog org buat perbandingan juga. Kareena kadang situasi berubah
ReplyDeleteBegitulah.. kadang kalo kita berniat hemat dan ngirit.. ehh ada aja yang bikin boncos hahaha.. tapi jadinya banyak pelajaran ya...
ReplyDeleteEmang perencanaan untuk jalan-jalan itu penting banget, terutama kalo budget kita terbatas. Belajar nggak melulu lewat tulisan, tapi juga lewat pengalaman.
ReplyDeleteSelamat jalan-jalan!
Emang ya Mbak, perjalanan kurang riset, alih-alih hemat malah jadinya mahal sekali ya.
ReplyDeleteKalau berpergian memang sebaiknya pakai list tempat dan budget sih ya biar tekor banyak terus pastikan juga kita browsing informasi yang valid juga.
ReplyDelete