James Gwee saat memberikan motivasi pada acara yang didakan oleh Pelindo 1 di Hotel Aryaduta Pekanbaru |
Sosok pria memakai celana jins dan berjas hitam menarik
perhatianku. Memang wajar jika dia menjadi pusat perhatian, karena dia adalah
seorang pembicara pada acara itu. Sebuah acara yang membangkitkan semangat,
menumbuhkan inspirasi dan bankit dari keterpurukan. Apa lagi kalau bukan acara
seminar motivasi.
Baru pertama kali aku mendengar namanya, nama yang asing. Bukan
karena dia tidak terkenal, hanya saja aku yang tidak tahu. Pria berkebangsaan
Singapura ini menjelaskan betapa ia mencintai Indonesia hingga ia menikahi
wanita Indonesia. Namanya tak terdeteksi dalam otakku ketika pembawa acara
memanggilnya. Aku baru benar-benar tahu namanya ketika tulisan besar muncul di
layar dari pantulan proyektor. James Gwee.
Pria 57 tahun ini dengan penuh semangat memperkenalkan
dirinya bahkan ia berlari-lari untuk menyapa ratusan audiens di hadapannya. Tak
segan ia berlari sampai ke belakang atau masuk di antara sela-sela kursi untuk
mendapatkan jawaban dari pertanyaan yang dilontarkannya. Tak jarang juga ia membagikan
stiker untuk siapa saja yang berani menjawabnya. Tapi tak termasuk aku, barangkali aku terlalu malu
untuk mengutarakan jawabanku.
James membuka acara dengan sebuah gambar, kamera menyorot
gambarnya dan proyektor memantulkannya ke layar sehingga terlihat jelas bagi
orang-orang yang duduk di belakang sepertiku. Aku berpikir jika gambar yang
dibuatnya adalah sebuah palung di lautan dalam, dengan beberapa bintik-bintik
hitam dan dua monster besar. Tapi ternyata aku salah. Itu bukanlah palung lautan
apa lagi dua monster besar.
Salah seorang audiens menjawab dengan benar jika apa yang
digambar oleh James adalah Peta. Lebih tepatnya peta benua Asia. James
menunjukkan sebuah tempat di peta tersebut, India, Indonesia dan China.
Ia menjelaskan jika India termasuk eksportir dan importer yang
besar, jika ia mengekspor ke China tentu saja harus melewati pelabuhan
Indonesia. Pun China, jika ingin mengirim barang harus melewati pelabuhan
Indonesia. Ia bercerita betapa beruntungnya orang-orang yang tinggal di wilayah
Indonesia, menjadi jalur utama perdagangan dunia.
James mengatakan orang Indoneseia adalah orang-orang yang
beruntung, lahir di saat yang tepat dan di tempat yang tepat pula. “Right Time,
Right Place,” ungkapnya. Indonesia menjadi jalur 70 persen perdagangan dunia. “Seharusnya
orang Indonesia sukses,” tambahnya.
Ia juga mengatakan jika 74 juta orang Indonesia berada di
kelas menengah. Sebuah kelas sosial yang dipenuhi oleh orang-orang yang tinggi
rasa optimisnya dan tentu saja orang-orang yang produktif dan konsumtif.
“Orang-orang kelas menengah itu selalu optimis, karena
optimis, ia berani berhutang, karena ia percaya jika ia bisa mengembalikan
utangnya,” tuturnya.
74 juta orang konsumtif tentu saja menjadi lading besar bagi
siapa saja yang ingin berbisnis. Asal mau bekerja keras, impian pasti bisa
tercapai. Pasar sangat luas dengan potensi yang luar biasa. Akan sangat bagus
jika bisa menembus untuk produksi barang-barang berkualitas tinggi. Biarkan kita
menentukan harga, jangan sampai pembeli yang menentukan dan menjatuhkan harga
hanya karena mutu dan kualitas barang yang rendah.
Untuk mendapatkan itu semua diperlukanlah keterampilan. “Right
Skill, semua keberuntungan yang kita dapat akan bermanfaat jika memiliki
keterampilan yang tepat, right time, right place and right skill. Jangan sampai
rakyat Indonesia miskin di tengah-tengah kemakmuran Indonesia.
James bertanya, siapakah yang tidak ingin punya masalah dalam
hidupnya. Hamper separuh orang mengacungkan tangan, aku tidak termasuk karena
aku terlalu malas menggerakkan tanganku. James berkata selama kita hidup pasti
punya masalah, jangan pernah berharap tidak ada masalah. Sama seperti saat kita
berdoa kepada Tuhan. “Tuhan tolong beri kekuatan untuk menghadapi masalah, bukan tolong hilangkan masalah kan?” Tanya James
kepada audiens.
Buang lah pikiran jauh-jauh untuk tidak memiliki masalah,
selagi manusia hidup sudah pasti akan ada masalah. Masalah bukan masalah jika
punya solusi, masala adalah jika tidak punya solusi.
Pikirkan solusinya, jangan pernah menyendiri, karena
menyendiri tidak akan menyelesaikan masalah. Menyendiri hanyalah kegiatan
merekayasa solusi. Padahal sebenarnya apa pun yang kita tidak ketahui
jawabannya sudah ada. Satu hal yang tidak kita ketahui, ratusan bahkan ribuan
orang di luar sana tahu jawaban yang sedang kita cari.
Internet adalah salah satu caranya, adanya intrnet, tembok
sosial telah runtuh. Kita orang biasa bisa tahu apa yang dipelajari orang-orang
elit di luar sana. Kita yang tidak tahu apa-apa bisa mengetahui kejadian nun di
ujung dunia. Lalu mengapa kita mempersulit diri.
Satu hal yang membuatku kagum pada James Gwee adalah ketika
ia menyampaikan sebuah materi. Tak serta merta ia langsung menjelaskan. Ia memberikan
kiasan yang membuat orang lain berpikir. “Oh iya
ya?”, “Wah ada benarnya juga,” itu lah James Gwee, seorang
motivator hebat yang baru aku tahu saat itu.
“Siapa nama pelatih Manchester City?”
“Siapa nama istri David Beckham?”
“Siapa nama mantan Luna Maya yang dinikahi Syahrini?”
“Di mana Syahrini dan Reino menikah?”
“Siapa presiden Amerika ke 27?”
“Siapa nama presiden Peru?”
“Ada berapa bisnis yang dimiliki Victoria Beckham?”
“Berapa jumlah penduduk warga Argentina?”
Dari pertanyaan termudah hingga pertanyaan tersulit. James Gwee
memberikan hadiah kepada siapa saja yang berhasil menjawabnya dengan benar. Beberapa
orang geleng-geleng kepala, beberapa orang berusah mencari jawaban di kepala,
beberapa di antaranya mencari di handphone.
“Jangan mikir, jawaban tidak akan ditemukan di otak anda
semua, kita punya alat, manfaatkan alat itu dengan sebaik mungkin. Saya tidak
melarang anda untuk mencari di google,” kata James Gwee setelah mendapatkan
semua jawabannya.
Ia mengatakan untuk mengentaskan masalah bukanlah dengan
mengurangi masalah. Satu-satunya cara adalah mencari solusi. Dengan solusi
masalah akan hilang, lalu apakah solusi bisa ditemukan di kepala, tidak. Solusi
itu harus dicari, entah bertanya ke orang lain, mencari jawaban di Youtube,
atau bahkan berselancar di internet. Intinya cari, jangan dipikirkan. Hanya dengan
berpikir otak hanya akan merekayasa sebuah jawaban alias mengada-ngada.
James juga menjelaskan jika memiliki pengetahuan dan bisa
menjelaskan tidak lah cukup. Hal terpenting adalah dengan memiliki keterampilan
untuk melakukan sesuat. “Pengetahuan kalau kita bisa menjelaskan, bukti
terampil adalah dengan bisa melakukannya.”
0 komentar: