Banyak budaya di daerah lain telah kutuliskan. Namun, budaya
di kampung sendiri tak ada kuceritakan. Biar kuberitahu padamu kawan, sebuah
tradisi yang tetap dijaga dari zaman kakek nenekku hingga anak-anak ,
adik dan sepupuku.
Rombongan anak-anak muda dengan pakaian berwarna-warni dan
semerbak parfum tercium ketika lewat. Tak terkecuali aku hahaha...
beberapa masih tercium aroma pakaian baru yang dibeli di pasar. Atau pakaian
bau lemari yang tertutup wangi parfum sepuluh ribuan.
Mbarak |
Mbarak namanya, sebuah tradisi menjalin silaturahmi
dari satu rumah ke rumah lain. Dari satu RT sampai empat RT. Butuh dua hari bahkan
tiga atau lebih untuk menyelesaikan satu parit (kampung). Di tempatku, parit
jangan dibayangkan seperti selokan di perkotaan. Satu parit itu mewakili satu
kampung. Cari lah di Google sana, akan kau temukan sebuah negeri nun di
ujung Riau. Negeri Seribu Parit, atau Negeri Hamparan Kelapa Dunia.
Mbarak: menikmati kue yang dihidangkan pemilik rumah |
Tak lain tak bukan, tradisi ini berada di Kelurahan Madani,
Kecamatan Reteh, Kabupaten Indragiri Hilir.
Di tahun-tahun sebelumnya, aku hanyalah peserta yang ikut
kemanapun pemimpin membawa kami. Tapi tahun ini, aku dan temanku Iwin bertindak
sebagai leader anak-anak usia remaja. Kira-kira SMP dan SMA.
Baca Juga: Waisak Nasional di Candi Muara Takus, Riau
Menjadi leader itu gampang-gampang susah, mewakili
anggota untuk berpamitan. Pakai bahasa jawa yang super duper halus. Bahkan aku
latihan dulu sebelum praktek langsung. Kira-kira begini: ketika rombongan masuk
rumah, bersalaman dengan pemilik rumah, duduk kemudian makan apa yang disajikan
(biasanya kue). Setelah itu leader harus berpamitan.
Mbarak: makan-makan di rumah warga |
Duduk berhadap-hadapan dengan pemilik rumah, baik kepala
keluarga atau istrinya. Makanya, leadernya kadang lebih dari dua, biar bisa
ganti-gantian. Nah pamitan ini namanya badan. Kalimatnya kurang lebih
seperti ini: Ngaturaken keluputan kulo kaleh rencang-rencang, lahir batin
awal akhir fiddunya wal akhiroh. Intinya, pamit menghaturkan maaf mewakili
rombongan kepada sang pemilik rumah.
Badan |
Nantinya, si pemilik rumah biasanya akan memberikan jawaban
tanda maaf telah diterima. Setelah itu, leader yang lain akan berteriak
kepada rombongan untuk saling memaafkan kepada pemilik rumah.
“Ngaturaken keluputane keluarga Pak Fulan sekeluarga sami
dipon ngapunten nggeh,” dan rombongan akan menjawab “Nggeh sami-sami”.
Dan akhirnya pemimpin akan bersalawat yang disambut oleh rombongan. Setelah itu
keluar dari rumah dan menuju rumah yang lain. Begitulah terus berulang hingga
rumah terakhir.
Mbarak: yang ini bara'an laki-laki |
Mbahku bercerita, tradisi mbarak sudah turun-temurun
dilaksanakan di Parit 7, biasanya tradisi mbarak dilakukan oleh
kebanyakan masyarakat jawa yang merantau ke Sumatera meski tidak semuanya.
Mbahku yang usianya seusia kemerdekaan Indonesia ini
bercerita jika mbarak sudah ada bahkan ketika ia masih kecil.
Katanya, dulu rombongannya tidak sebanyak sekerang. Hanya ada
rombongan mbarak, satu laki-laki dan satu perempuan. Tak hanya Parit 7 aja yang
dikunjungi, tapi juga seluruh rumah yang
ada di Parit 6 dan Parit 9. Eh kok Parit 8 nggak ada. Memang tidak ada, karena
setelah Parit 7 adalah Parit 9. Parit 8 hanya segelintir yang tahu alias parit
yang mati dan tak berpenduduk.
Kalau sekarang, rombongannya ada empat. Dua perempuan dan
dua laki-laki. Keliling seluruh rumah warga hanya satu parit, karena dulu
warganya sedikit, sedangkan sekarang sudah lebih dari 100 rumah. Kalau berkunjung
sampai seluruh rumah, apa nggak teol kaki hayati.
Kalau kau bertanya apa nggak capek itu, dua sampai tiga hari
keliling kampung. Jawabannya pasti capek lah. Tapi ini kan tradisi, kapan lagi
kita berkunjung ke ujung kampung kalau tidak saat hari raya idul fitri. Toh Cuma
sekali setahun, khusus raya Idulfitri, raya Iduladha tidak ada kegiatan mbarak
seperti ini.
Saat hari raya kegiatan di kampung sangat ramai, saat mbarak
biasanya anak-anak laki-laki selalu bawa petasan yang dilempar dan membuat
anak-anak perempuan berteriak-teriak histeris. Ditambah suara klakson motor
ketika mereka lewat, sudah seperti pawai saja.
Keramaian saat mbarak di ujung kampung |
Belum lagi saat hujan, nah lebaran tahun ini kebetulan
hujan. Banyak korban berjatuhan. Adekku sendiri jatuh di jembatan untung tidak
tercebur ke parit. Temanku ada yang terpeleset dan tercebur karena hujan,
jalanan yang licin dan kurang berhati-hati juga menyebabkan salah satu anggota
rombonganku terjatuh dari motornya. Ada banyak kisah dan warna lebaran 2019
ini.
Jangan harap bisa wisata-wisata saat lebaran kalau di
kampungku. Lebaran adalah waktu silaturahmi, tapi percayalah jika itu yang
paling dirindukan oleh para perantau penabung rindu.
Mbarak itu apa sih?
Ya itu, tadi yang udah kubeberkan panjang kali lebar kali tinggi. Mbarak
itu tradisi bertamu dari rumah ke rumah penduduk tanpa melewatkan satu rumah
pun (dalam satu parit biasanya). Rombongan yang berjalan bersama-sama itu
disebut dengan bara’an. Paham? Pahamkan aja lah.
Bara'anku... Coba cari mana aku! |
Itu dia secuil kisah di kampung halaman. Datanglah ke rumah,
mana tau jadi orang rumah. Hiyahiyahiya *abaikan.
Unik banget budayanya. Baidewei, pengin ketawa di bagian jatuh ke parit. Wkwkwk. Tapi takut dosaaaa
ReplyDeleteKetawa aja mbak. Gak dipidana kok haha
DeleteWah ini keren ya tradisinya. Indonesia emang kaya sama budaya dan tradisi ya. Mudah-mudahan gak hilang ditelan zaman.
ReplyDeleteAmiin. Semoga ttp lestari
DeletePamitane beda dengan tempatku
ReplyDeleteSenang baca ini. Bisa nambah pengetahuan mengenai budaya daerah di Indonesia yang unik.
ReplyDeleteMbarak apakah berasal dari kata Mubarak?
Salam kenal dan makasih sudah follow saya di Twitter. Sengaja saya main ke sini untuk tinggalkan jejak silaturahim. Semoga nanti kita bisa saling blogwalking. Nuhun pisan.😍
Kayaknya nggak mbak. Soalnya mbarak ni dri kata baraan yg artinya tmn sbaya
DeleteWah menarik sekali ini..saya baru tau ada tradisi mbarak. Seru ya ngeliatnya..rame2 berkunjung keliling kampung..mdh2an tradisi ini akan terus dilestarikan n ga hilang dimakan waktu
ReplyDeleteAmin iya. Bener mbak. Memang selalu ramai tiap tahun
DeleteSatu lagi tradisi di Indonesia yang saya baru tau. Kayak begini, nilai silaturahminya tinggi, ya. Semoga terus ada tradisinya
ReplyDeleteAmin
DeleteAuthor nya panutan quuuuuuuuuue wkwkkw
ReplyDeleteMakasih
DeleteUnik nama budayanya ya mba.. Dan semoga budaya ini tetap lestari.. aamiin ..
ReplyDeleteAamin makasih mbak
Deletetradisi yang unik.. semoga bertahan dan terpelihara ya.. menjaga silaturahmi juga.
ReplyDeleteAmin
DeleteOaaaalllaaa artinya bersilaturahmi ya? Hehehe namanya unik sekali. Emang deh budaya kita bermacam2 dengan cara yang sedikit berbeda namun intinya sama, silaturahim.
ReplyDeleteIya... Smoga itu trus ada dmnapun brada
DeleteMasya Allah, seru banget tradisinya, bagus banget ya, kalau sekarang kan mulai luntur apalagi di perkotaan semoga tradisinya tetap terjaga ya aamiin..duh ada makan korban jatuh ke parit juga..
ReplyDeleteAamiin. Hahaha jalan becek bgitula mbak
DeleteAsik banget tradisinya. Kalau kaya gini jadi kenal satu sama lain, dan menjalin silaturahmi banget ya.
ReplyDeleteBner bgt. Malah gda yg gak saling kenl
DeleteTradisi yang luar biasa
ReplyDeleteHarus dipertahankan ini untuk menjalin kerukunan warga. Seru juga pastinya jalan beramai-ramai gitu ya
Tata caranya juga ternyata diatur ya
Menjadi pemimpin rombongan beneran harus latihan
Waaaah satu lagi nih tradisi di Indonesia yang baru aku tau. Harus tetap dilestarikan nih budayanya
ReplyDeleteTradisi yang unik tapi keren. Jadi walaupun tidak saling kenal kalau bertamu rombongan begini dan keliling kampung lama-lama akan kenal atau dikenal. Silaturahim yang sederhana namun sarat makna.
ReplyDeleteKeren pisan, domisili di Riau Sumatera tapi leader ngomong pakai bahasa Jawa, halus lagi...
ReplyDeleteMenurut pendapatku, tradisi itu ada yang harus dihilangkan dan ada yang harus dipertahankan. Nah, tradisi seperti ini termasuk yang harus dipertahankan. Betul kata kamu, cuma satu tahun sekali kok. Meskipun kaki gempor, tapi kan perut kenyang. ahahahah
ReplyDeleteBtw ini rombongan perempuan harus semua perempuan gitu ya kak? Jadi perempuan dan laki tidak boleh bersama? Seru ya ini sekalian bisa jadi ajang silaturahmi juga sesama anak-anak muda disana.
ReplyDeleteKalau sedang mbarak gitu, apakah sambil ngobrol-ngobrol juga? Apa yang dibicarakan? Ditanya "kapan nikah" juga nggak?
ReplyDeleteSilaturahmi jadi semakin erat dengan tradisi ini...
ReplyDeletemantap. kapan² baraan antar parit. kami di parit lapis daud.
ReplyDelete