Beberapa waktu yang lalu,
Alhamdulillah aku diberi kesempatan untuk dapat meliput upacara keagamaan saat
perayaan Waisak Nasional 25 Mei 2019/2563 Buddhis Era dan Festival Candi Muara
Takus di XIII Koto Kampar yang berada di Kabupaten Kampar, Provinsi Riau.
Menuju Candi Muara Takus, aku dan
rekan-rekan media berangkat dari Pekanbaru
dengan menggunakan minibus jam 12.00 WIB. Perjalanan memakan waktu lebih
dari tiga jam. Apa lagi dalam keadaan puasa, rasanya mual sepanjang perjalanan.
Sesampai di sana, ratusan bahkan
ribuan manusia dari penjuru Indonesia terlihat sedang asik berselfie ria di
depan Candi Muara Takus. Kebanyakan orang Tionghoa memakai baju berwarna putih.
Untungnya aku dikasih id card. Kau tau kawan, memakai jilbab di perayaan waisak
bukannya terlihat aneh.
Acara dimulai seperti kebanyakan
acara di Indonesia, di awali dengan sambutan-sambutan mulai dari pukul empat
sore sampai berbuka puasa.
Baca juga: Peringatan Ogoh-Ogoh diPekanbaru
By the way, yang buka puasa tentu
saja bukan umat Buddha nya ya kawan, menurutku sampai waktu maghrib tiba. Karena
setelah itu peringatannya baru dimulai.
Aku sempat berkeliling dulu di
sekitar Candi Muara Takus. Terdapat patung berwarna emas Buddha Siddharta
Gautama duduk bersila, di kelilingi dengan sesajen berupa makanan, buah-buahan
juga lilin.
Puluhan lilin dengan bentuk teratai
disiapkan untuk upacara saat malam. Lilin
dengan bentuk teratai berwarna pink tersebut akan dibawa oleh biksu atau bante.
Sementara untuk umat Buddha selain biksu diberikan lilin listrik yang menyala
ketika dicetekkan. Aku mendapatkan satu, lilinnya indah dan berkedip saat
menyala.
Lilin untuk biksu/bante di Perayaan Waisak 2019 Candi Muara Takus Riau |
Lilin listrik untu jemaat Buddha di Perayaan Waisak 2019 di Candi Muara Takus, Riau |
Sekitar pukul 18.30 WIB kegiatan keagamaan ummat Buddha dimulai. Puluhan
biksu menempati bantalan yang telah disediakan di depan Candi Muara Takus. Di
belakang para Biksu tersebut terdapat Patung Seciamoni atau Pangeran Siddharta
berwarna emas, dikelilingi sesajen berupa buah-buahan dan bunga-bunga
berwarna-warni.
Di hadapan para biksu, para romo atau pandita yang mengenakan pakaian putih
dengan selendang berwarna kuning keemasan duduk menghadap para biksu.
Setelah itu, dilakukan prosesi penyalaan lima lilin pancawarna dan dupa menggunakan
api suci sari Wihara Hok Ann Kiong di Siak. Lilin tersebut terletak tepat di
depan patung buddha. Dinyalakan oleh lima Biksu Sangha diiringi dengan lagu
rohani.
Kemudian, Parade bendera dan pradaksina dipimpin oleh para biksu dan
pandita, diikuti oleh umat Buddha yang hadir, kemudian mengelilingi Candi Muara
Takus.
Lalu disusul dengan persembahan air suci yang dikumpulkan dari enam daerah
di Riau. Seperti Rengat, Rokan Hulu, Siak, dan empat di antaranya di ambil di
sumber air dari daerah Kampar. Selain itu juga dipersembahkan buah-buahan,
manisan dan dupa serta bunga-bunga yang diberikan kepada bante.
Setelah melakukan pembacaan do'a-doa, umat Buddha melakukan meditasi.
Dilanjutkan dengan pesan Waisak. Gendang ditabuh kembali dan lonceng kembali
berbunyi, mengalun lagu rohani dan umat Budda mengayunkan lampu lilin dengan
khidmat.
Biksu dan Pandita berkeliling membawa kendi berisinair suci yang
dipercikkan menggunakan sapu lidi, ke umat buddha yang mengikuti prosesi
sebelum akhirnya dilakukan pemberkahan dan penutupan.
Rangkaian acara terakhir adalah penerbangan 2.019 lampion yang merupakan
bagian dari Festival Muara Takus. Waisak adalah hari memperingati tiga
peristiwa penting bagi umat Buddha, ketika Sidharta Gautama lahir, Sidharta
mencapai penerangan sempurna di bawah Pohon Bodi dan ketika Sidharta wafat atau
mencapai nirwana.
terbangkan lampion di peringatan Waisak 2019 di Candi Muara Takus Riau |
Banyak banget kan jumlah lampionnya, hingga ribuan. Aku sempat menerbangkan
tiga lampion. Malam itu langit Kampar dipenuhi lampion-lampion yang terbang
membawa harapan.
Indonesia kaya akan budaya, mari kita jaga dan lestarikan. Biar berbeda
tapi tetap satu sesuai dengan semangan kebhinekaan kita. Juga sesuai dengan
tema Waisak tahun ini, mengembangkan cinta kasih, mawas diri dan toleransi di Indonesia.
0 komentar: