Aku sudah menyimpan buku Bung Fiersa ini lebih dari dua
bulan. Tak tersentuh karena tak kusempatkan waktu untuk membaca. Jarang membaca
membuatku kehilangan ruh dalam tulisanku. Ketika menonton video di Channel
Youtube Anji, aku terenyuh dan memantapkan hati membaca Arah Langkah hingga
halaman terakhir.
“Tahukah kamu kenapa aku menyukai Fiersa Besari? Pertama,
karena dia adalah pendaki. Kedua dia adalah anak band dan dia seorang penulis,”
kira-kira begitu kata Anji. Entah mengapa aku tergerak untuk membuka buku
pinjaman yang tak kunjung ku kembalikan kepada pemiliknya.
Siapa yang tak kenal Fiersa? Barangkali, kata-katanya sering
dikutip dalam setiap unggahan di media sosial. Dalam bukunya, juga bertabur
kata-kata berlian khas Fiersa. Siapa tak terenyuh kawan, siapa tak jatuh cinta
kalau kalimatnya acapkali membuat baper. Sangat cocok jika digunakan untuk
memberikan kode ke gebetan. Andai saja dia peka.
Buku ini adalah sebuah jurnal perjalanan dari tiga
petualang. Perjalanan dari Bandung menelusuri tanah Sumatera hingga timur
Indonesia. Tiga tokoh tersebut adalah Bung, Baduy dan favoritku yang tercantik
di antara tiga petualang, Anisa Andini alias Prem.
Baduy, Prem, dan Bung dalam dokumentasi Arah Langkah- Fiersa Besari |
Baca Juga: Resensi Bilangan Fu
Bung dan kedua rekannya melakukanperjalanan dengan backpacker-an.
Menyelami dalamnya air dan mendaki tingginya gunung-gunung di Indonesia. Tak hanya
itu, warna dan budaya dituturkan secara gamblang dengan dekripsi yang membuat
imajinasiku menyala-nyala.
Jernihnya air laut, ramahnya penduduk, dinginnya angin
gunung membuatku seolah-olah turut menyertai perjalanan Bung yang dilakukan
pada tahun 2013 ini.
Selain kata mutiara, banyak hal yang bisa dipelajari dari
tulisan Bung. Bagaimana bersosialisasi dengan masyarakat setempat, bagaimana
bergaul dan bagaimana mempelajari dan menghormati budaya-budaya di berbagai
daerah di Nusantara.
Jurnal Bung juga dilengkapi dengan foto-foto perjalanan
membuat hati ingin menyambar ransel dan mulai berpetualang. Melalui buku ini,
aku mempelajari selemah apa pun kita tidak ada alasan untuk tidak bisa.
Dokumentasi foto dalam buku Arah Langkah - Fiersa Besari |
Bung bercerita, dia memiliki penyakit maag kronis yang bisa
kambuh sewaktu-waktu, badan yang ringkih untuk menaklukkan gunung, hingga kaki
kiri yang kerap bermasalah. Sedikit banyak tulisan Bung terutama tentang kaki
kirinya yang berhasil membuatku berpikir ulang jika ingin pensiun menikmati
alam.
Tadi aku mengatakan sangat menyukai Prem. Di foto yang
dibagikan dalam Arah Langkah, prem adalah perempuan tangguh yang mampu melampau
pandangan masyarakat jika wanita itu lemah. Prem membuktikan dia juga bisa,
bahkan ia lebih hebat dibandingkan Bung. Ia juga dipanggil Abang Anisa saking
perkasanya dia sebagai wanita.
Baca Juga: Cinta di Ujung Sajadah
Bung berulang kali menorehkan dalam bukunya jika ia akan
menggunduli rambutnya yang gondrong kala itu jika ia sampai di Raja Ampat. Aku
menunggu-nunggu adegan tersebut, tapi di akhir cerita Bung tidak menuliskan
jika ia telah sampai di sana. Ia juga tidak pulang. Mungkin buku ini ada sesi
selanjutnya. Aku baru satu ini baca buku Fiersa.
Bung begitu menyelami kebudayaan setiap masyarakat. Meskipun
kadang aku berpikir jika tak perlu sampai seperti itu untuk mengenal lebih
dalam. Jujur aku tidak suka bagian ketika Bung berpesta ganja ketika ditawari
salah satu orang ketika di Aceh. Bung juga kerap menikmati tuak yang dituangkan
ke gelasnya. Padahal ia juga bisa dengan mudah menolaknya. Seperti Prem dan
Baduy. Bahkan, Bung juga sempat mencicipi daging ular yang katanya lezat. Ku pikir
Bung terlalu sembrono karena tidak memastikan daging apa yang ia cicipi ketika
di negeri orang.
Mungkin saja, Bung terlalu patah hati karena dikhianati oleh
orang yang dicintai serta sahabat yang ia percayai. Barangkali, perjalanan Bung
adalah pelampiasan untuk melepaskan sakit yang tak tertanggungkan oleh
perempuan bernama Mia.
Baca Juga: Pasung Jiwa
Dalam buku ini, juga menuturkan pertarungan dengan
kegelisahan yang dibawa baik oleh Bung, Prem dan Baduy. Selain itu juga banyak
ilmu-ilmu perjalanan yang bisa diserap untuk dijadikan bekal ketika
berpetualang suatu saat nanti. Hanya saja, perpisahan memang menyakitkan, andai
aku jadi Bung aku akan menangis di sudut tenda dalam kelam malam, biar air mata
mengalir tanpa suara.
Sejauh apa pun jalan yang kita tempuh, tujuan akhir
selalu rumah.- Fiersa Besari
Ada beberapa kalimat yang sangat aku sukai dalam buku ini,
mungkin bisa kujadikan status atau story di media sosialku nanti. Tentu saja
aku ingin berbagi, karena berbagi tak pernah rugi. Berikut kata-kata mutiara
Fiersa Besari dalam buku Arah Langkah.
Kita tidak akan pernah tahu ke mana hidup membawa kita. Hidup
ini seperti petualangan panjang, dengan hiasan suka dan duka, bahan cerita
untuk anak cucu kita kelak. – Baduy.
Aku belajar bahwa hidup ini menyenangkan kalau kita melihat dari sudut pandang yang
tepat. Bahagia cuma akan menjadi rumit kalau kita terlalu tinggi berharap. –
Bung.
Menjadi pengelana tidak selalu menyenangkan. Aku- dengan
lugunya berpikir, betapa menyenangkannya bertemu dengan banyak orang baru,
hingga tidak sadar bahwa perpisahan adalah risiko yang menyakitkan. Lebih menyakitkan
lagi, ketika kita harus berpisah berulang kali dengan banyak tempat dan banyak
sahabat. – Bung.
Semua daerah memiliki cerita yang berbeda-beda. Yang sama
hanyalah rasa sakit ketika berpisah. Karena perpisahan, semanis apa pun,
seindah apa pun, tetaplah perpisahan. Ada cerita yang harus berubah menjadi
kenangan. – Bung.
Tidak perlu banyak memotret sampai lupa menikmati karunia
Tuhan. Tidak perlu sibuk mencari sinyal untuk pamer foto di situs media sosial.
Secukupnya saja, lalu diam dan nikmati wajah alam semesta. – Bung.
Ketika tinta pengkhianatan tumpa di atas aksara kisah,
tulisan tentang kau dan aku tak lagi bisa terbaca. Takkan pernah lagi bisa. – Bung.
Beberapa pertemuan singkat memang diciptakan untuk lama
melekat di dalam hati. Beberapa rindu memang diharuskan terasa bahkan sebelum
berai. Duduk bersama di pelataran senja untuk menyambut teater gemintang, mana
mungkin kenangan ini lenyap dari ingatanku? – Bung.
Indonesia adalah sepercik surga yang Tuhan turunkan di
muka bumi. Akan sangat merugi diriku jika hanya bisa melihat pantai, gunung,
keanekaragaman budaya, dan nilai historisnya, hanya dari layar kaca. – Bung.
Dalam Arah Langkah, perjalanan Bung, Prem dan Baduy berawal
dari Bandung, kemudian menjelajah Sumatera hingga akhirnya menjajaki Manado. Masih
misteri bagiku yang baru hanya membaca satu bukunya apakah Bung akan
menggunduli kepalanya.
Buku yang menarik, sejujurnya aku jarang sih aku tertarik sama buku2 karya penulis lokal, ada beberapa yg aku idolakan, tapi tak banyak.. fiersa justru belum pernah kubaca bukunya. Mungkin nanti aku bakal beli dan baca karya2nya jika singgah ke toko buku
ReplyDeleteIya kak. Bgus. Ikutin twiternya jga seru
DeleteDuuh... aku sih kok minder duluan ya kalau soal baca-baca buku gini. Soalnya susah kali sisain waktu buat baca-baca buku.... help me!!!!
ReplyDeleteJangan sisain waktu bg. Tapi berikan waktu
DeleteWoooaaa! Review nya bikin aku tertarik buat baca! Biasanya jarang baca karya penulis lokal. Musti main ke toko buku nih weekend ini!
ReplyDeleteSukaaaa kalimaat si Bung yang ini :
Tidak perlu banyak memotret sampai lupa menikmati karunia Tuhan. Tidak perlu sibuk mencari sinyal untuk pamer foto di situs media sosial. Secukupnya saja, lalu diam dan nikmati wajah alam semesta. – Bung.
Iya penulis lokal bgus2 juga kok. D
Deletepaling cuma ngikutin fiersa di post instagram nya aja, kemarin dia nikah banyak sedih..wkwkwkw
ReplyDeleteDi twitternya nggak kak?
Delete...
ReplyDeleteSaya awalnya gak suka baca buku, sampe pada akhirnya buku itu penting buat kita supaya tau wawasan lebih luas. Saya coba baca buku motivasi tentang kehidupan, tapi selalu berakhir sama, ngantuk dan bosen. Saya udh sering liat buku arah langkah ini, dan memang sangat tertarik untuk saya baca, hingga saya akhirnya coba pinjam ke salah satu teman, dan sekarang saya sudah baca di halaman 200, yg tadinya gak suka baca buku, setelah tau penulisnya siapa dan saya termasuk org yg ngikutin akun sosmed nya jadi lebih bisa bayangin alur ceritanya, dan ngena bgt. Keren si buku ini, kayaknya saya bakalan baca lagi yang konspirasi alam semesta setelah ini.
ReplyDelete