Penjual durian di Jalan Arifin Ahmad |
Sebenarnya sudah lama aku merencanakan untuk makan durian,
namun hal tersebut tak kunjung kesampaian. Godaan untuk jajan durian di Jalan
Arifin Ahmad Pekanbaru sulit untuk dihindari.
Seperti ada yang berbisik ke telinga, “Ayo jajan durian di Jalan Arifin Ahmad Pekanbaru”. Belum lagi aroma durian yang menggoda setiap kali lewat jalan tersebut. Rasanya, pengen berhenti terus pesan satu untuk dibawa pulang.
Lalu apakah aku melakukannya, oh, tentu tidak. Aku orang yang cukup sabar dalam mengontrol nafsu makan. Belajar dari pengalaman-pengalaman sebelumnya, kalau tidak pandai memilih durian yang bagus, saat dibawa pulang isinya zonk, pahit, keras, dan tidak ramah di lidah.
Karena itulah, aku lebih suka makan di tempat, terlebih jika penjualnya menyediakan tempat untuk pembeli makan di sana. Omong-omong, tulisan ini tidak diperuntukkan bagi non pencinta durian.
Di Kota Pekanbaru sendiri ada banyak penjual durian. Bisa dikatakan, di kota berjuluk Kota Madani ini durian seperti tidak mengenal musim, setiap saat ada, kapan pun itu.
Ada banyak orang yang merekomendasi untuk jajan durian, jika ada kenalan atau teman yang datang dari luar kota ke Pekanbaru untuk pertama kalinya. Tempat-tempat pun bervariasi, cukup lewat di Jalan Sudirman, akan terlihat banyak penjual durian di sana.
Kemudian di Jalan Soekarno-Hatta Pekanbaru, aku pernah makan sekali di sana dan rasanya ya seperti makan durian. Karena memang durian yang dimakan.
Tempat yang kubicarakan ini di Jalan Arifin Ahmad, tepatnya di depan Kantor Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Riau. Di tempat ini sangat ramai masyarakat yang datang bersama teman-temannya untuk menikmati empuknya buah dengan kulit berduri ini.
Ada beberapa deretan penjual durian, mereka menyedian meja dan tempat duduk untuk menyantap durian, sembari melihat pemandangan lalu lalang kendaraan saat malam hari.
Suasana makan durian di Jalan Arifin Ahmad |
Tak hanya durian, penjual juga disediakan air mineral, pulut, dan tisu. Aku hanya membeli air mineral seharga Rp5 ribu. Tapi kalau beli di luar biasanya harganya hanya Rp2 ribu. Kendati demikian, akan lebih bagus jika bawa minum sendiri dari rumah. Iya, aku lupa tidak membawanya. Pulutnya aku tidak beli karena lebih suka makan yang orisinil. Sedangkan tisunya, ya gratis dong.
Saat itu, aku pergi jajan durian di Jalan Arifin Ahmad dengan temanku Kak Kiki. Kami sudah lama merencanakan untuk makan durian sejak jauh-jauh hari. Saat belum mendekati hari gajian, aku selalu bilang, kalau nanti setelah gajian harus makan durian. Namun, setelah bulan berkali-kali berganti niat itu belum tersampaikan.
Sampai di suatu hari, iseng-iseng aku ajak Kak Kiki makan durian, langsung dibalas ‘Hayuk’, tapi tidak jadi pergi karena hujan tiba-tiba mengguyur Kota Pekanbaru.
Besoknya, langsung gas deh buat jajan durian.
Makan durian |
Untuk harga sendiri berapa? harga bervariasi. Mulai dari Rp10 ribu, ini yang sebesar kepalan tangan orang dewasa, sampai ada juga yang Rp80 ribuan. Tergantung dari besar kecilnya ukuran durian.
Aku memilih dua buah durian seharga Rp50 ribu yang berukuran sebesar kepala. Tentu saja tidak memilih sendiri, dipilihakan sama penjual. Inilah alasan aku lebih suka makan di lokasi penjualnya. Kalau dibawa pulang sering dapat zonk. Sedangkan jika makan di tempat alias dine in, penjual pasti memberikan buah dengan kualitas yang baik dan manis.
Durian |
Penjualnya juga menjanjikan jika rasannya tidak manis, boleh ditukar. Durian yang aku dapatkan satunya memiliki tekstur yang sangat lembut, rasanya manis, mulus, tapi memiliki biji yang besar. Satunya lagi sudah sangat matang, dengan rasa yang tak kalah manisnya.
Jangan tanya apa jenis durian, karena bagiku semua durian terlihat sama. Bagaimana? Ada niat buat jajan durian di Jalan Arifin Ahmad, atau jajan durian di Kota Pekanbaru tercinta ini, atau dimana saja yang penting durian.
Seperti yang kukatakan sebelumnya, enaknya makan durian di
Pekanbaru adalah tidak perlu menunggu musim durian. Harga pun relatif stabil.
Hayuk gas, bagi pencinta durian.
With Kak Kiki |
Keren bgt. Pengn mkan ke sna juga
ReplyDelete