Di mana ada manusia, di situ ada sampah. Kenyataan ini lah yang tejadi saat ini. Banyak akademisi, aktivis lingkungan dan lainnya berupaya menanggulangi banyaknya sampah yang diproduksi oleh manusia. Salah satu caranya, adalah dengan mengurangi volume sampah dengan pemanfaatan komposter.
Mengurangi volume sampah dengan pemanfaatan komposter sudah
banyak dilakukan oleh masyarakat dewasa ini. kendati demikian, jumlah orang
yang belum sadar akan hal ini juga tidak sedikit.
Beberapa waktu lalu, aku berjumpa dengan salah satu warga di Kelurahan Air Hitam, Pekanbaru, Pak
Sapari namanya. Kami mengobrol sedikit banyak tentang upaya mengurangi volume
sampah dengan pemanfaatan komposter.
Komposter |
Komposter adalah alat yang digunaikan untuk membantu dekomposter atau bakteri pengurangi, dalam mengurai material organik (sampah organik) menjadi bentuk baru dengan sifat seperti tanah.
Dengan alat ini, jumlah sampah organik dari rumah tangga
bisa dikurangi hampir 100 persen. Pak Sapari sendiri bercerita, setelah memakai
komposter ia hanya perlu memikirkan bagaimana membuang sampah anorganik saja. Dengan
demikian, sampah yang dihasilkan oleh keluarganya menjadi jauh berkurang jika
dibandingkan sebelum menggunakan komposter.
Pak Sapari juga membuat sendiri komposter miliknya, dengan
memanfaatkan tong berwarna biru yang dimodifikasi sedemikian rupa, di badan
tong dipasang engsel untuk membuka tutup, dan beberapa pipa.
Ia juga menjelaskan cara membuat komposter paling sederhana,
yaitu dengan menggunakan dua buah ember cat yang ditumpuk. Ember yang berada di
atas di lubangi jarang-jarang di bagian bawahnya. Sementara, ember yang berada
di bagian bawah dipasang air keran untuk
mengalirkan air lindi. Setelah itu, komposter siap digunakan.
Sampah-sampah organik tinggal di masukkan ke dalam komposter
dan ditutup rapat, sebelum dimasukkan, sampah organik sebaiknya dicacah
terlebih dahulu. Akan lebih baik lagi jika ditambahkan dengan cairan biovaktor
setiap kali memasukkan sampah ke dalam komposter.
Sampah organik juga dimasukkan secara bertahap, sampah yang
lebih lama akan berada di bawah. Lama-lama sampah tersebut akan menjadi pupuk
kompos, yang dapat diambil kembali manfaatnya untuk tanaman.
Oleh karena itu, ia menyarankan agar komposter diberi pintu
buka tutup untuk memudahkan dalam mengambil sampah organik yang telah menjadi
kompos.
Nah, air lindi yang berada di bawah juga bisa digunakan
untuk pupuk cair. Sehingga, selain mengurangi volume sampah, komposter juga
bisa menekan biaya pembelian pupuk.
Kendati demikian, Pak Sapari menjelaskan jika tidak semua
sampah organik bisa masuk ke dalam tong komposter. Di antaranya adalah, daging,
tulang, lemak minyak, susu, dan keju, karena hal tersebut akan menghalangi
reaksi penguraian di dalam komposter.
Nah, untuk sampah organik yang disarankan adalah sisa nasi,
sisa sayuran, sisa roti, sisa makanan, daun tanaman, rumput-rumputan, dan
lain-lain.
Keberadaa n kompester, selain mengurangi volume sampah
adalah juga menjadikan lingkungan tempat kita tinggal semakin bersih, dan tidak
berbau, hal ini tentu saja kan mengurangi penyebab timbulnya penyakit,
meningkatakan kualitas tanah atau nutrisi makanan. Komposter juga bisa
diletakkan di mana saja.
Karena tindakannya tersebut, cukup banyak masyarakat yang
ingin membuat komposter seperti Pak Sapari. Ia juga bersedia membuatkan
komposter dengan berbagai ukuran, mulai dari 30 liter, 60 liter, dan 120 liter.
Harganya cukup beragam, yaitu Rp300 ribu untuk ukuran 30 liter, Rp400 ribu
untuk ukuran 60 liter, dan Rp500 ribu untuk
ukuran 120 liter.
Komposter |
Jika ingin memesan bisa cari Pak Sapari di akun Facebook miliknya yaitu Sapari Ari. Tertarik untuk membuatnya?
Mari menjadi bagian dalam mewujudkan lingkungan yang bersih
dan sehat, mulai dari diri sendiri, dan mulai dari hal yang paling kecil sekalipun. Bayangkan ada
banyak orang seperti Pak Sapari, berapa banyak sampah yang bakal berkurang? Bayangkan
aja dulu.
Sangat informatif infonya, mengubah persepsi bahwa pengelolaan limbah tidak sesulit yang dipikirkan. Keep writing!
ReplyDeleteSelalu menunggu tulisan-tulisan kak Nafi, sangat menginspirasi.. rupanya pengelolaan limbah sampah tidak seribet yang selama ini kita pikirkan, bisa share kontak pak saparinya kak Nafi? Manatau ada yg berminat... Terimakasih kak nafi
ReplyDelete