Kulit jengkol kering |
Kulit jengkol biasanya dibuat apa ya? Bagi orang-orang yang kreatif dan inovatif, kulit jengkol bisa dimanfaatkan untuk apa saja. Banyak artikel yang memuat pemanfaatan kulit jengkol di bidang kesehatan. Namun, ada manfaat lain lagi dari kulit jengkol.
Beberapa waktu lalu, aku bertemu dengan empat mahasiswi Universitas Islam Riau (UIR). Mereka ini adalah Cut Aida Rosa, Putri Selaras, Haliza Nurdilla, dan Ghina Salsabila Fajri.
Berawal dari kegemaran makan jengkol, mereka berinovasi membuat kulit jengkol menjadi lebih berharga. Terlebih di masa pandemi Covid-19 ini. Melihat kandungan-kandungan yang dimiliki kulit jengkol, mereka pun mencoba membuat handsanitizer yang diberi nama Jengkizerr.
Mereka bercerita, jika bijinya dibuat untuk masakan, maka kulitnya diambil untuk diolah. Terkadang mereka juga membeli kulit jengkol dari pasar terdekat, katanya selain mengurangi sampah kulit jengkol, juga dapat membantu perekonomian.
Berbicara tentang jengkol, pasti yang pertama kali terpikir adalah baunya yang menyengat, apalagi jika diaplikasikan ke tangan sebagai handsanitizer. Tenang saja, mereka juga memikirkan masalah ini dan sudah menemukan solusinya.
Kenapa kulit jengkol bisa dijadikan handsanitizer? Ternyata kulit jengkol mengandung alkaloid, flavonoid, saponin, tanin, glikosida, steroid atau triterpenoid, saponin, protein, fosfor, vitamin A, vitamin B, dan kalsium. Selain itu kulit jengkol juga bersifat antioksidan.
Inovasi ini juga berhasil lolos pendanaan pada kegiatan Program Kreatifitas Mahasiswa bidang Kewirausahaan (PKM-K) UIR. Tim ini berada dibawah bimbingan luar biasa dari Dosen Dr Prima Wahyu Titisari SSi MSi. Hebat banget mereka ya, aku kuliah dulu ngapain aja ya.
Bagaimana cara pembuatannya? Wanita-wanita keren ini mengatakan, meskipun mereka membuatnya di laboratorium UIR, tapi tak menutup kemungkinan untuk membuat handsanitizer dari kulit jengkol ini di rumah. Asalkan alatnya ada.
Hal yang harus dilakukan pertama, tentu saja mencari kulit jengkol, lalu dibersihkan. Setelah itu dipotong kecil-kecil, lalu diblender kasar, alias tidak perlu terlalu halus.
Sesudah didapatkan hasil blenderan, letakkan di atas nampan, tutup di atasnya menggunakan kertas atau koran, kemudian dijemur di bawah sinar matahari hingga benar-benar kering.
Jika sudah kering, diblender lagi. Nah pemblenderan kali ini dilakukan hingga menjadi bubuk.
Proses selanjutnya adalah maserasi. Maserasi yaitu metode ekstraksi dengan proses perendaman bahan dengan pelarut. Pelarut yang digunakan bukan etanol. Mereka menggunakan Aquades (air yang dimurnikan). Rendam bubuk dalam wadah bersama Aquades. Pastikan bubuknya benar-benar tenggelam, lalu biarkan beberapa hari.
Proses pembuatan Jengkizerr |
Setelah ini, jangan direndam saja. Sesekali harus tetap diaduk. Jika dirasa sudah cukup, lakukan penyaringan menggunakan kain flanel. Penyaringan dilakukan dua kali, di penyaringan kedua gunakan kertas saring. Filtrat yang telah didapatkan kemudian dimasukkan dalam wadah dan diberi essential oil untuk menghilangkan aroma jengkol.
Masukkan ke dalam botol spray, dan handsanitizer siap untuk digunakan.
Memasukkan ke dalam botol spray |
Berikut takaran yang digunakan untuk tiga botol (100 ml) handsanitizer.
- 3 kg kulit jengkol = 500 gr bubuk kulit jengkol
- Aquades = Selain menenggelamkan bubuk di wadah, banyaknya Aquades harus dua kali lipat dari tinggi bubuk dalam wadah.
- 30 hingga 40 tetes essential oil.
Handsanitizer ini diklaim lebih sehat daripada handsanitizer beralkohol. Penggunaan handsanitizer beralkohol yang digunakan secara terus menerus dan dapat mengakibatkan iritasi pada kulit. Kandungan pada kulit jengkol dapat menggatikan alkohol pada handsanitizer sehingga lebih sehat untuk digunakan, dan tidak membuat kukut kering.
Produk ini bisa dilihat dan dipesan melalui Facebook, Instagram, Shopee, dan lain-lain, dengan nama Jengkizerr.
Handsanitizer dari jengkol: Jengkizerr |
Jadi bagaimana? berniat mencoba Jengkizerr karya mahasiswa UIR ini?
0 komentar: