Media gathering bersama Pegadaian |
Pengalama gathering bersama Pegadaian ke Sumatera Barat tentu saja menjadi memori yang tak terlupakan, selain jalan-jalan, juga banyak pengalaman baru, ilmu baru yang didapat selama gathering.
Gathering bersama Pegadaian ini selama tiga hari yaitu Jumat, Sabtu, dan Ahad, 15-17 Juli 2022 alias akhir pekan. Sebenarnya, dijadwal 16 - 17 Juli, tapi berangkatnya pada Jumat sore tanggal 15.
Kami berangkat dari Kota Pekanbaru menuju Sumatera Barat dengan mobil van. Ada 6 jurnalis dari Pekanbaru, yaitu Kak Unik, Kak Ratna, Kak Ani, Bang Arif, dan Bang Alex. Sementara tim dari Pegadaian terpisah dengan menggunakan mobil lainnya.
Dari Pekanbaru sore itu, kami menuju Kampar, di mana perjalanan menuju Sumatera Barat memang harus melewati Kabupaten Kampar. Tepatnya, di Rantau Berangin, kami singgah sebentar untuk menikmati soto dan teh manis guna mengganjal perut selama perjalanan.
Perjalanan berkelok dan berliku, nyamannya mobil van yang kami naiki tidak dapat kunikmati dengan baik. Meskipun sudah makan beragam menu sebelumnya, perutku tetap tidak bisa menahan mual. Untung saja aku sudah menyiapkan kantong asoy (keresek) agar tidak mengotori mobil dan tidak merepotkan yang lain.
Aku sangat lega, kala tengah malam sudah sampai di Payakumbuh, Sumatera Barat. Ku kira perjalanan gathering bersama Pegadaian akan langsung menuju Kota Padang. Ternyata, kami singgah di penginapan yang berada di Harau. Senang sekali dong aku, udah mabuk selama perjalanan, tiba-tiba disodori kasur empuk dan nikmat untuk mengistirahatkan badan.
Penginapan Rumah Segitiga Katrina Syariah
Baru tiba di penginapan ini rasanya langsung ingin meraih gawai untuk berfoto-foto, saking instagramable-nya lokasi. Bagaimana tidak, ada empat bangunan yang dibentuk menyerupai segitiga. Bagian depan penginapan ini didesain dengan kayu yang dipernis sehingga terlihat kinclong dan menambah nilai otentik dari penginapan. Ada dua jendela yang berada di samping kiri dan kanan pintu.
Penginapan Katrina Syariah |
Saat mendorong pintu, pintunya tidak mau bergerak sama sekali, karena pintunya menggunakan sistem pintu geser wkwkwk. Ketika masuk, waaah, mak jreng. penginapan segitiga ini sangat cocok untuk menginap beramai-ramai.
Ada dua kasur king size dan empuk yang siap memanjakan badan yang letih akibat perjalanan. Juga ada satu buah lemari, meja, dan toilet, seperti di hotel-hotel. Tapi karena sudah sangat lelah dan penat akibat mabuk perjalanan, aku langsung menggeleparkan badan di kasur tanpa berniat membersihkan badan terlebih dahulu, dan mengabaikan Kak Ani dan Bu Mutia yang bersikeras agar aku pakai minyak kayu putih dan minum pil entah apa untuk meredakan mabuk perjalanan yang aku alami.
Saat bangun di pagi hari aku langsung segar bugar, menggeser pintu dan menikmati udara pagi yang masih segar. Ketika matahari mulai beranjak malu-malu, kulihat Penginapan Katrina Syariah ini tak hanya rumah segitiganya saja yang unik, tapi juga ada gazebo-gazebo yang bisa digunakan untuk ngopi santai sembari bercengkerama bersama teman-teman jika mau.
Usai mandi dan bersiap, tak lupa kami dan geng dari Pegadaian yaitu Bu Mutia, Bu Tita, Kak Dina, dan Kak Afi berfoto-foto dan mengambil gambar atau video sepuasnya. Dari Pegadaian juga membawa langsung Kang Foto untuk mengabadikan kegiatan gathering bersama Pegadaian ini.
Berfoto di depan Penginapan Katrina Syariah |
Setelah itu, kami sarapan nasi goreng atau lontong, ngeteh, dan menikmati semangkuk bubur kacang hijau yang masih hangat.
Istana Basa Pagaruyung Sumatera Barat
Berfoto di depan Istana Basa Pagaruyung |
Destinasi selanjutnya yaitu Istana Basa Pagaruyung Sumatera Barat, yang berada di Nagari Pagaruyung, Kecamatan Tanjung Emas, Kabupaten Tanah Datar, Sumatra Barat. Istana ini berjarak lebih kurang 5 kilometer dari Batusangkar. Beruntunglah di zaman sekarang ini rakyat jelata sepertiku bisa menginjakkan kaki di tempat raja dan para bangsawan tinggal.
Kendati demikian, rupanya Istana Basa Pagaruyung ini adalah replika dari istana asli. Istana Basa yang asli terletak di atas bukit Batu Patah dan dibakar habis pada tahun 1804 saat terjadi Perang Padri. Istana baru didirikan kembali tetapi terbakar lagi pada tahun 1966.
Untuk masuk ke Istana Basa Pagaruyung dikenakan biaya. Untuk dewasa domestik Rp15 ribu, anak-anak domestik Rp7.500, dewasa dan anak-anak mancanegara Rp25 ribu.
Istana Basa Pagaruyung sangat lah luas, untuk dapat mengelilinganya kami naik odong-odong. Ada banyak yang bisa dilihat, selain istana juga ada rumah-rumah adat suku-suku minangkabau. Di sini pengunjung juga bisa berkuda, atau mendaki Bukit Bungsu yang berada di belakang Istana Basa Pagaruyung, tenang saja, sudah ada anak tangga untuk bisa sampai ke sana. Dari atas bukit bisa melihat pemandangan istana dari ketinggian.
Selain itu, di sini juga bisa ada camping ground, jadi pengunjung juga bisa berkemah tentu saja dengan izin dari pengelola.
Istana ini tak sekadar istana, tapi juga museum. Istana Pagaruyung ternyata terdiri dari tiga lantai. Lantai pertama berupa ruangan luas yang memajang berbagai benda dalam etalase, kamar-kamar, dan sebuah singgasana di bagian tengah.
Istana Basa Pagaruyung |
Lantai dua disebut sebagai anjuang Paranginan yaitu kamar anak perempuan raja yang belum menikah.
Adapun lantai tiga adalah ruang penyimpanan harta pusaka raja sekaligus tempat rapat khusus raja 3 selo. Raja 3 selo adalah institusi tertinggi dalam hirarki kerajaan Pagaruyung.
Saat kami ke sana ada banyak pengunjung yang menyewa baju adat minangkabau, yang biasanya dipakai oleh para pengantin. Ada yang berpasangan ada juga yang sendirian. Tidak masalah, saat kutanya ternyata harga sewa sekitar Rp30 ribu - Rp35 ribu. Menariknya lagi, juga ada perias yang siap mendandani dengan bayaran Rp10 ribu, Rp15 ribu, dan seikhlasnya.
Sayang sekali waktu berkunjung dalam gathering bersama Pegadaian cukup singkat, sehungga tidak bisa mencoba pakai adat minangkabau untuk simulasi jika nanti dapat jodohnya orang minang.
O ya, saat masuk ke Istana Basa Pagaruyung kita harus melepaskan alas kaki alias sandal atau sepatu, nanti alas kaki akan dimasukkan ke dalam kantong asoy oleh petugas, sebelum akhirnya dibawa ke tempat di mana nanti kita keluar. Karena pintu masuk dan pintu keluar berbeda. Ingat-ingat saja nomor kantong asoy tempat kita menaruh alas kaki.
Saat keluar, melalui pintu belakang yang menghubungkan ruang utama dengan dapur istana. Turun dari tangga petugas pembawa asoy sandal sedang menunggu. Di tempat ini banyak penjual aksesoris khas Sumatera Barat atau souvenir untuk oleh-oleh.
Mengunjungi Agen Pegadaian di Batusangkar
Dari Istana Basa Pagaruyung kami bertolak ke Kantor Pegadaian Batusangkar, menjemput salah satu karyawannya dan mengunjungi salah satu agen Pegadaian yang berlokasi di Desa Sitakuak, Sungai Tarab, Sumatera Barat, yaitu Ibu Yeni Yunas.
Agen Pegadaian Ibu Yeni Yunas |
Menikmati makan siang di DTS Chanta |
Belum lagi menunya yang sangat banyak, mulai dari ayam hingga seafood, serta beragam minuman dari yang digin sampai yang panas. Harganya menurutku juga masih sangat terjangkau, bukan yang mahal-mahal amat, bagiku yang sekarang masih ngekos.
Danau Singkarak
Menuju Kota Padang kami melalui jalan yang sangat terkenal dan banyak lewat di Tiktok, Youtube, dan lain-lain. Kami lewat Sitinjau Lauik, tanjakan atau turunan curam tempat Farel berada. Farel saha? cari sendiri lah.
I Love Singkarak |
Kami singgah sebentar ke Danau Singkarak, menikmati semilir angin yang menghembus air di danau membawa kesejukan bagi yang terkena angin. Tak lupa jajan sedikit sambil makan pensi langkitang, serta berfoto-foto di spot bertuliskan Danau Singkarak. Yaa pertanda kalau kami sudah sampai di sini.
Sunset di Tapi Lauik (Taplau) Padang
Hanya senja yang tahu cara berpamitan dengan indah
Aduh siapa sih yang membuat kata-kata melankolis tapi enak dibaca ini. Suka benar deh. Siapa coba yang tidak suka senja? Ini juga yang kami nanti-nanti saat berkunjung ke Padang, terlebih Pegadaian mengajak kami menginap di Hotel Ocean Beach dengan pemandangan laut, yang jika senja sunset-nya terlihat sangat indah.
Meskipun sudah berusaha semaksimal mungkin, kami tetap telat sampai di hotel untuk menikmati senja. Senja yang kami dapat hanya senja di perjalanan, di sepanjang jalan tepi laut.
Hanya sisa-sisa senja yang kami dapatkan di Hotel Ocean Beach. Tapi tak apa, sisa senja juga sangat berarti, meninggalkan siluet merah yang sungkan untuk dilupakan.
Senja di Taplau |
Hotel Ocean Beach Padang, sesuai namanya memang sangat dekat dengan tapi lauik (taplau). Dari lantai 7 akan terlihat pemandangan laut, dan pemandangan matahari tenggelam di kala sore.
Hanya menyeberang dari Hotel Ocean Beach sudah sampai ke taplau. Ada banyak pedagang yang berjualan di sekitar taplau. Bagi yang suka jogging sore atau pagi, nongkrong, dan menggalau di tepi laut, pasti tidak menyesal menginap di sini, khususnya yang dari luar Padang ya.
Gathering bersama Pegadaian, Jurnalis Padang, dan Jurnalis Pekanbaru
Usai jogging dan sarapan, kami langsung ke acara gathering. Kegiatan dengan tema Ngumpul Eksklusif Gapai Silaturahmi (Ngegas) bareng media ini diikuti oleh media dari dua wilayah yakni Kota Pekanbaru dan juga Kota Padang.
Hadir juga, Deputi Bidang Operasional Pegadaian Kanwil Pekanbaru Tita Agustini, Kabag Humas PT Pegadaian Kanwil II Pekanbaru Muthia Dharma, Andra Junaidi selaku Kepala Departemen Produk Gadai area Padang PT Pegadaian dan juga Ngadiman selaku Kepala Departemen Logistik Kanwil II Pekanbaru.
Usai agenda perkenalan dan tanya jawab, dilanjutkan dengan games seru dari Pegadaian bertabur hadiah-hadiah menarik. Lomba-lomba yang dihadirkan selama gathering yaitu lomba joget Tiktok, hingga tebak kata-kata melalui gambar. Sangat seru, sampai waktu tak terasa sudah siang.
Foto bareng gathering bersama Pegadaian |
Joget Tiktok sampai bawah |
idem |
Tebak gambar |
Serius amat |
Selesai makan siang, kami pulang kembali ke Pekanbaru. Terimakasih kepada Pegadaian untuk jalan-jalan dan pengalaman berharga selama gathering ini.
Biar nggak hilang, link foto-foto kegiatan kuletak di sini aja.
0 komentar: