VIP Camp Bukit Sekipan |
Para pembaca setia blog ku
pasti tahu, jika salah satu hobiku adalah traveling dan kemudian
menuliskannya menjadi sebuah cerita perjalanan, hingga akhirnya bisa dibaca
oleh semua orang yang mau.
Di tulisan kali ini, aku ingin bercerita tentang sekelumit
kisah perjalananku di Jawa Tengah, yaitu
di Kecamatan Tawangmangu, sebuah wilayah
yang berada di lereng Gunung Lawu dan terkenal akan keindahannya.
Awalnya aku mengira Tawangmangu adalah sebuah destinasi
wisata, yang hanya berlokasi fokus di satu tempat khusus bernama Tawangmangu.
Dalam pikiranku seperti Puncak Lawang, yaitu satu destinasi dengan beragam
fasilitas dan wahana yang menyenangkan.
Ternyata tidak, ada banyak tempat yang dapat dikunjungi di
Tawangmangu. Memang, Tawangmangu merupakan sebuah kecamatan, tapi di kecamatan
ini ada beragam lokasi wisata hadir dengan keindahan dan fasilitas yang berbeda.
Di suatu akhir pekan, tepatnya hari Ahad aku sedang berjalan
kaki menyusuri area Car Free Day (CFD) di Solo. Tiba-tiba temanku Mbak Fita
menyeletuk, betapa menyenangkannya akhir pekan jika jalan-jalan.
Mba Fita pun mengajakku untuk mengunjungi Tawangmangu yang
lebih familiar disebut TW. Aku yang belum lama berada di Jawa Tengah dan
penasaran dengan destinasi-destinasi wisata di Jawa Tengah pun mengaminkan.
Kami pun pergi menuju Tawangmangu dari
Solo.
Bermodalkan aplikasi Map, kami meninggalkan Solo menuju
Kabupaten Karanganyar. Pemandangan alam berupa sawah dan hutan menghiasi
perjalanan kami.
Semilir angin sejuk menandakan kami sudah berada tak jauh
dari tujuan, jalanan semakin menanjak dan membuat sepeda motor Beat kami sedikit
mengerang ketika melewati tanjakan.
Gerimis hujan perlahan-lahan mulai turun, tepat ketika kami
sampai di Tawangmangu. Meskipun sudah sampai, kami belum menentukan wisata apa
yang akan kami kunjungi.
Akhir pekan menjadi waktu para pekerja dari berbagai latar
belakang untuk healing. Tawangmangu pun menjadi salah satu tujuan pilihan.
Tentu saja, macet menjadi hal biasa di lokasi wisata di waktu-waktu tersebut.
Sempat dag dig dug, saat kami melintasi tanjakan di tengah
kemancetan, tiba-tiba deru sepeda motor beat kami mendadak berhenti.
Berulang-ulang mencoba men-stater tapi tak kunjung menyala.
Untung saja, dalam percobaan ke sekitan kalinya, starter
kembali menyala di tengah gerimis yang menjadi hujan.
Sedikit saran bagi yang ingin berkunjung ke Tawangmangu untuk
menyediakan jas hujan atau mantel sebelum berangkat. Bisa juga mengecek ramalan
cuaca di Tawangmangu sebelum pergi, khususnya yang menggunakan sepeda motor seperti kami agar
saat kehujanan tidak perlu panik mencari tempat berteduh.
Saat berangkat dari Solo cuaca sangat terik, tidak ada
tanda-tanda hujan akan turun, tetapi di ketika sampai di Tawangmangu, cuaca
tiba-tiba saja berubah menjadi hujan yang dingin.
VIP Camp Bukit Sekipan
VIP Camp Bukit Sekipan |
Mba Fita mengajakku menyusuri Map dengan tujuan VIP Camp Bukit Sekipan, Tawangmangu.
Saat kami sampai, tepat 10 meter dari parkiran, motor
kembali mati dan tidak bisah menyala kembali. Kami memutuskan untuk parkir
terlebih dahulu, lalu menikmati semangkok mi rebus telur. Sangat nikmat,
terlebih dinikmati saat hujan.
Aku tidak tahu apakah di VIP Camp Bukit Sekipan dikenakan
biaya masuk atau tidak. Pasalnya, saat kami sampai ke sana tidak ada biaya masuk sama sekali,
entah karena hujan, atau memang sebenarnya tidak ada.
Hamparan pohon pinus yang menjulang di tengah-tengah hutan
memanjakan mata, jalanan beton lurus menuju ke atas yang entah kemana. Beberapa
tenda berwarna-warni tapi didominasi oleh warna kuning dan oranye tampak di
beberapa titik.
Saat hujan reda, kami mulai berjalan berkeliling untuk
melihat ada apa saja di VIP Camp Bukit Sekipan.
Selain pohon pinus, terdapat
rumah-rumah kayu minimalis di antara pohon-pohon pinus. Pikirku, itu
seperti kamar yang dibuat rumah. Di sekitarnya ada sungai kecil yang
mengalirkan air dari atas ke bawah, dibuatkan sebuah kolam sehingga anak-anak
yang tadinya bermain hujan bisa mandi berenang di sana.
Bunga-bunga terompet berukuran sebesar telapak tangan orang
dewasa juga tumbuh di berbagai titik di VIP Camp Bukit Sekipan. Aku belum
pernah melihat bungan terompet sebesar itu sebelumnya, berfoto di tempat ini
sedikit membuatku teringat di film Alice in Wonderland. Tentu berlebihan
jika aku mengatakan ini sama persis.
Kami pun berkeliling, suasana setelah hujan di tengah hutan
pinus menghadirkan perasaan aneh yang tak menentu, antara sedih, sendu, dan
rindu.
Meskipun usai diguyur hujan, tak lantas membuat tanah
menjadi becek, bahkan aku bisa menjaga sepatuku
yang berwarna putih tetap bersih walaupun sudah berjalan ke sana ke mari.
Ada beberapa jembatan kayu yang dibuat sedemikian rupa,
beberapa di antaranya kurasa tak perlu karena melangkah pun bisa sampai ke
seberang, tetapi hadirnya jembatan kayu membuat semakin estetik VIP Camp Bukit
Sekipan ini.
Ada banyak spot yang bisa dipilih untuk berkemah, juga bisa
bersantai-santai di gazebo-gazebo yang disediakan. Tak perlu risau akan toilet,
pengelola sudah menyediakannya kawan.
Sempat aku mengobrol dengan seorang pengunjung di VIP Camp
Bukit Sekipan yang barus aja turun dari
titian kayu panjang yang mengarah ke atas tebing yang tertutup pepohonan hijau. Ia mengatakan, jika aku lebih baik tak usah ke jembatan kayu itu,
karena beberapa sudah lapuk.
Bukit Sekipan |
Saat melihat-lihat
tenda-tenda di sini, aku ingin suatu saat nanti bisa camping bersama
teman-teman di VIP Camp Bukit Sekipan, memasak mi instan di dalam tenda dengan air yang berasal dari mata air
sekitar, serta mendengarkan musik dari speaker kecil, lalu bercerita tentang
kebodohan di masa lalu, hingga berbincang tentang negara tercinta ini.
Kutanya-tanya, jika membawa sendiri tenda maka tak perlu
membayar, tapi jika menyewa cukup membayar Rp80 ribu per tenda sudah bisa
menikmati tenda selama 24 jam ke depan.
Namun, saat itu kami hanya berfoto-foto dan berkeliling,
menikmati akhir pekan dengan sedikit healing, sebelum akhirnya kembali ke Solo berkutat dengan tugas-tugas
kuliah.
Bukit Sekipan |
Satu lagi, untung saja setelah men-starter sepeda motor
beberapa kali, bisa kembali menyala dan aman sampai pulang.
Jangan lupa kenakan jaket atau sweater di Tawangmangu,
karena di sini cukup dingin, khususnya bagi aku yang tidak terbiasa dengan
cuaca dingin.
0 komentar: