Pantai Parangtritis |
Siapa sih yang tidak suka sunset alias matahari tenggelam. Mau anak senja, anak mama, anak papa, anak layangan, pasti banyak yang suka. Kenapa suka dengan sunset atau senja? karena senja tau bagaimana berpisah dengan cara yang indah.
Salah satu tujuanku ke Jogja beberapa waktu lalu adalah menikmati sunset di Pantai Parangtritis, sudah lama sekali aku menantikannya. Aku selalu bilang ke teman-temanku yang mengajak ke Jogja dan bertanya "nanti ke Parangtritis ngga? Ke Pantai Parangtritis yuk".
Masih dalam rangkaian wisata ke Jogja. Setelah dari Hutan Pinus Mangunan Yogyakarta aku dan Diah langsung bertolak ke Pantai Parangtritis untuk melihat sunset.
Baca Juga: Hutan Pinus Mangunan Yogyakarta
Di Map tertulis perlu waktu sekitar 38 menit dari Hutan Pinus Mangunan menuju Pantai Parangtritis. Kami pun mengikuti jalan tersebut, melewati jalanan yang menurun, gang-gang kecil, rumah-rumah warga, dan jalanan sepi dengan pemandangan sawah yang indah.
Dibalik keindahan yang kami lihat sepanjang perjalanan, ada satu kekhawatiran dalam hatiku. Melihat sunset berarti pulang lewat waktu maghrib, jalanan yang kami lewati cukup sepi, kami berdua perempuan di rantau orang, motor kami motor pinjaman, bagaimana dengan nasib kami nanti. Ya begitulah pikiran-pikiran buruk yang menghantuiku selama perjalanan.
Jalanan sepi berubah menjadi ramai ketika kami berbelok ke Jalan Parangtritis, kami sedikit lega dan berharap saat pulang nanti tidak melewati jalanan sepi tadi.
Masuk ke area wisata Pantai Parangtritis, kita melewati sebuah gerbang. Ada beberapa penjaga di situ yang menyodorkan tiket masuk senilai Rp10 ribu per orang.
Hari itu hari Jumat, tidak terlalu ramai. Beberapa tukang parkir melambai-lambaikan tangannya mengarahkan sepeda motor kami untuk parkir di lokasi-nya. Ada banyak sekali kedai-kedai yang menjual makanan dan minuman. Tak lupa, penjual topi-topi cantik di mana-mana.
Sebelum parkir, aku memutuskan untuk menjelajah hingga agak sedikit ke ujung untuk menyurvei, lokasi parkir mana yang paling strategis menuju pantai, ramai, tidak jauh jika ingin ke mana-mana.
Setelah parkir, toilet menjadi tujuan selanjutnya. Seperti pantai pada umumnya, di Pantai Parangtritis ini juga banyak toilet-toilet umum berbayar, tinggal pilih saja yang paling nyaman. Musala juga banyak disediakan. Selain musala sekadarnya berjalan agak sedikit jauh ke arah keluar juga terdapat sebuah musala yang bagus dan cantik.
Tidak tahu ada perayaan apa, tapi ada sebuah keramaian yang menarik hati kami untuk mendekat, ternyata pertunjukan jatilan. Penari-penari kelihatannya sudah kesurupan, hanya terlihat mata yang putih semua. Diah takut, jadi kami segera meluruskan tujuan untuk melihat Pantai Parangtritis.
Kami tiba di sana sekitar pukul tiga lewat. Foto-foto dan buat video alakadarnya. Beli jajan, minum, makan gorengan, makan pentol sambil duduk di atas kayu tua di atas pasir, melihat orang-orang berlalu lalang. Ada yang jalan kaki, ada yang mengendarai ATV, ada yang naik kuda, naik dokar, ada yang berfoto-foto, bermain air, dan lain-lain.
Pantai tempat Ratu Kidul bersemayam ini memang tidak untuk berenang. Ombaknya cukup tinggi, dikhawatirkan bisa tertarik ombak hingga ke laut. Kan serem juga yaa.
Pada pukul 17.00 WIB, awan terlihat menutupi langit senja kala itu. Aku sedikit khawatir tidak bisa melihat sunset. Orang-orang mulai beranjak dari pantai, hari semakin gelap. Meskipun sebelumnya kami sudah bertanya kepada tukang parkir, apakah rute ke Jogja cukup ramai, dan tukar parkir menjawab yaa, sangat ramai, tinggal lurus saja sudah sampai ke Jogja. Aku tetap saja khawatir.
Pantai Parangtritis |
Langit tak menunjukkan tanda-tanda akan memberikan perpisahan dengan nuansa sunset yang indah. Waktu terus berlalu, pantai semakin sepi, meski ada beberapa orang yang kupikir juga sedang menunggu sunset.
Aku tau, tapi aku tetap khawatir, perasaanku berkata, "sudah pulang saja, tidak akan ada sunset yang indah di sini". Aku tak mengabaikan suara hati kecilku. Aku mengajak Diah untuk beranjak dan pulang sebelum maghrib tiba. Kami gagal menikmati sunset. Semoga nanti aku diberikan kesempatan dan keberanian lebih besar agar bisa menikmati sunset di Pantai Parangtritis.
Joko Kendil di Parangtritis |
Benar saja yang dikatakan tukang parkir tadi, jalan menuju Jogja hanya tinggal lurus tanpa harus berbelok, jalanan juga cukup ramai dengan kendaraan baik roda dua ataupun roda empat. Bukan seperti jalan yang kami tempuh seperti dari Mangunan tadi.
Ketika melewati jembatan, senja mulai tiba, kulihat mega merah menyala dari arah barat, aku membayangkan betapa indahnya sunset di Pantai Parangtritis, sedikit menyesal aku buru-buru beranjak tanpa menunggu terlebih dahulu. Hahaha, memang bukan rezeki.
Akhirnya kami sampai di Jogja dengan selamat, meski sedikit diguyur hujan ketika memasuki area kota. Sampai jumpa di perjalanan selanjutnya yaa...
0 komentar: