Keraton Yogyakarta |
Bercerita tentang wisata Yogyakarta atau Jogja emang tidak ada habisnya. Selalu ada cerita berbeda setiap berkunjung ke Kota Pelajar ini.
Sudah lama sekali aku tidak ke Jogja, terakhir kali ke sana tahun 2018 bersama teman-teman Persma Sejuk, sama Nurul dari Sumut, Roni dan Jelita dari Aceh, serta Nia dari Riau.Baca juga: Mengunjungi Malioboro, Salah Satu Ikonnya Yogyakarta
Kali ini aku berkesempatan untuk tinggal dalam jangka waktu yang tidak bisa dikatakan sebentar di Pulau Jawa, tepatnya di Surakarta. Bersama dengan temanku Diah, kami memang sudah merencanakan untuk pergi ke Jogja suatu saat nanti. Btw, kami sama-sama dari Sumatra, sehingga Kota Jogja menjadi salah satu destinasi yang pengen kami kunjungi.
Dengan rencana yang tidak begitu matang, kami memutuskan untuk pergi ke Jogja dengan menggunakan KRL dari Stasiun Solo Balapan ke Stasiun Tugu Yogyakarta, dan kemudian memutuskan untuk travelling ke Jogja dengan sepeda motor.
Sebenarnya, awal rencana kami akan betangkat sekitar pukul 09.00 WIB dengan estimasi perjalanan sekitar 1 jam, maka kami akan sampai ke Jogja pukul 10.00 WIB. Namun, biar pergi ke Stasiun Solo Balapan bisa bersama-sama dengan Hebby teman kami juga, akhirnya diputuskan untul berangkat pukul 05.30 WIB dari kost. Ya meskipun sebenarnya Hebby harus kejar-kejaran dengan waktu karena sempat ngaret nungguin driver ojek online. Untung saja, Hebby masih sempat mengejar kereta.
KRL Solo Balapan - Stasiun Tugu Yogyakarta
Bagi aku dan Diah, ini adalah pengalaman pertama naik KRL, di Riau nggak ada KRL, nggak tau kalau di kotanya Diah di Bengkulu.
Untuk naik KRL perlu uang elektronik atau emoney, kalau tidak punya, di stasiun ada loket yang menjual uang elektronik. Uang elektronik ini selain bisa dipakai untuk naik KRL juga bisa digunakan untuk membayar busway, kalau di Solo namanya Batik Solo Trans (BST), kalau di Pekanbaru namanya Trans Metro Pekanbaru. Harga naik KRL sebesar Rp8 ribu yaa.
Ini jadwal keberangkatan KRL Solo Balapan (SLO) - Stasiun Yogyakarta (YK) dan sebaliknya. Khusus di akhir pekan, atau Sabtu dan Ahad, KRL beroperasi hingga pukul 20.00 WIB.
Kali ini aku berkesempatan untuk tinggal dalam jangka waktu yang tidak bisa dikatakan sebentar di Pulau Jawa, tepatnya di Surakarta. Bersama dengan temanku Diah, kami memang sudah merencanakan untuk pergi ke Jogja suatu saat nanti. Btw, kami sama-sama dari Sumatra, sehingga Kota Jogja menjadi salah satu destinasi yang pengen kami kunjungi.
Dengan rencana yang tidak begitu matang, kami memutuskan untuk pergi ke Jogja dengan menggunakan KRL dari Stasiun Solo Balapan ke Stasiun Tugu Yogyakarta, dan kemudian memutuskan untuk travelling ke Jogja dengan sepeda motor.
Sebenarnya, awal rencana kami akan betangkat sekitar pukul 09.00 WIB dengan estimasi perjalanan sekitar 1 jam, maka kami akan sampai ke Jogja pukul 10.00 WIB. Namun, biar pergi ke Stasiun Solo Balapan bisa bersama-sama dengan Hebby teman kami juga, akhirnya diputuskan untul berangkat pukul 05.30 WIB dari kost. Ya meskipun sebenarnya Hebby harus kejar-kejaran dengan waktu karena sempat ngaret nungguin driver ojek online. Untung saja, Hebby masih sempat mengejar kereta.
KRL Solo Balapan - Stasiun Tugu Yogyakarta
Bagi aku dan Diah, ini adalah pengalaman pertama naik KRL, di Riau nggak ada KRL, nggak tau kalau di kotanya Diah di Bengkulu.
Untuk naik KRL perlu uang elektronik atau emoney, kalau tidak punya, di stasiun ada loket yang menjual uang elektronik. Uang elektronik ini selain bisa dipakai untuk naik KRL juga bisa digunakan untuk membayar busway, kalau di Solo namanya Batik Solo Trans (BST), kalau di Pekanbaru namanya Trans Metro Pekanbaru. Harga naik KRL sebesar Rp8 ribu yaa.
Ini jadwal keberangkatan KRL Solo Balapan (SLO) - Stasiun Yogyakarta (YK) dan sebaliknya. Khusus di akhir pekan, atau Sabtu dan Ahad, KRL beroperasi hingga pukul 20.00 WIB.
jadwal KRL Solo - Yogyakarta |
Saat kami sampai di Stasiun Solo Balapan, ternyata KRL pagi itu belum berangkat, dari rencana awal yang akan otw dengan KRL sekitar pukul 9, akhirnya kami memutuskan untuk naik pada saat itu juga. Sebenarnya ini sangat kusesalkan, karena kami naik di detik-detik keberangkatan, otomaris bangku penumpang sudah tidak ada yang kosong, sehingga kami harus menahan kaki berdiri sekitar 1 jam.
Bagaimana tidak, kebanyakan penumpang KRL dari Solo-Balapan turun di Stasiun Lempuyangan dan Stasiun Tugu Yogyakarta. Berhubung tujuan kami adalah yang Stasiun Tugu Yogyakarta yang merupakan titik terakhir KRL, kami harus menguatkan kaki untuk tetap tegap berdiri.
Benar saja, kami sampai sekitar pukul setengah delapan pagi. Karena motor yang kami sewa baru diantar pukul 10.00 WIB, kami pun menghabiskan waktu duduk di bangku panjang di Stasiun Tugu Yogyakarta sembari menghabiskan onigiri yang kami beli di minimarket Stasiun Solo Balapan sebelumnya.
Sewa Sepeda Motor Yogyakarta
Ada banyak sekali penyewaan sepeda motor di Yogyakarta, bisa cari di Google, Instagram, dan lain-lain. Harganya cukup beragam, kalau yang kami pesan sekitar Rp75 ribu per hari (24 jam). Tergantung tipe sepeda motornya juga sih. Btw yang kusewa ini motor Honda Genio. Harga sewanya sama dengan Honda Beat. Ditambah harga pengantaran dan penjemputan di lokasi sebesar Rp15 ribu.
Berdasarkan aturan, keterlambatan mengembalikan akan dikenakan biaya tambahan per jam sebesar 10 persen dari harga sewa, dengan maksimal 4 jam. Lebih dari itu akan dikenakan harga per hari.
Kita akan mendapatkan sepeda motor, dua helm, dan dua jas hujan. Namanya juga sewa, helm yang kami dapatkan ungklup-ungklup kacanya alias punya fitur tutup otomatis wkwkwk. Sementara helm yang satunya lagi sama sekali tidak ada kacanya.
Untuk jas hujan yang kami dapatkan adalah jas hujan yang biasa dipakai untuk mendaki gunung, atau jas hujan tipis yang harganya belasan ribu kalau beli di Indomaret. Namun jangan salah, jas hujan ini harus dijaga hati-hati, kalau rusak bisa kena denda. Mana jas hujannya rawan rusak pula.
Kami mendapatkan sepeda motor dengan kondisi bensin yang kedip-kedip. Tapi selain itu semuanya bagus, dan yang terpenting adalah motor nyaman dikendarai dan aman, nyaman, sampai tujuan.
Untuk sewa motor ini, KTP dan KTM bisa jadi jaminan.
Kami menyewa dan meminta pengantaran di Stasiun Tugu Yogyakarta. First impression kami bertemu dengan mas yang mengantarkan, cukup seram wajahnya, pasang wajah galak, dan seperti tidak terima negosiasi. Padahal, mas-masnya nggak ngapa-ngapain.
Setelah dari stasiun kami memutuskan untuk mengisi bensin di SPBU terdekat, kemudian ke penginapan yang telah kami pesan sebelumnya melalui aplikasi. Karena waktu check in baru bisa sekitar pukul 14.00 WIB, kami pun memilih untuk menitipkan barang terlebih dahulu agar bisa menjelajahi Yogyakarta tanpa beban.
Kenapa kami memilih sewa sepeda motor ketimbang naik ojol atau naik transportasi umum. Jawabannya, karena kami ingin menjelajah lebih jauh.
Hanya sekedar saran, jika ingin menyewa sepeda motor di Yogyakarta lebih baik untuk survei lebih dulu, tanya ke beberapa penyewa dan bandingkan mana yang kira-kira lebih baik. Tentu saja yang tak perlu diragukan adalah rekomendasi dari teman.
Jangan lupa cek helm yang diberikan seperti apa, jas hujan yang diberikan apakah masih bagus atau tidak. Hal ini dilakukan untuk meminimalisir ketidaknyamanan saat berkendara dan setelah berkendara nanti.
Satu lagi tambahan, jika jalan-jalan hanya di sekitar Stasiun Tugu Yogyakarta, Jalan Malioboro, Pasar Beringharjo, dan sekitarnya, lebih baik tidak usah sewa sepeda motor, karena jaraknya lumayan dekat dan bisa ditempuh dengan berjalan kaki. Namun, jika ingin jelajah wisata alam atau jelajah tempat-tempat yang agak jauh dari pusat kota, sewa motor memang pilihan terbaik.
Hutan Pinus Mangunan dan Pantai Parangtritis
Sekitar pukul 10.30 WIB kami akhirnya lepas landas dari penginapan menuju destinasi wisata yang berada di Mangunan, apalagi kalau bukan Hutan Pinus Mangunan. Kami menikmati pemandangan di sini, foto-foto, makan, main, dan lain-lain hingga pukul 14.00 WIB.
Hutan Pinus Mangunan Yogyakarta |
Setelah itu, kami pun beranjak dari Hutan Pinus menuju Pantai Parangtritis untuk menikmati hembusan air laut, syukur-syukur kalau dapat pemandangan matahari tenggelam (sunset).
Perlu waktu sekitar 40 menit mengendarai sepeda motor dari Hutan Pinus menuju Pantai Parangtritis. Kami hanya mengandalkan Map untuk menuntun agar sampai ke tujuan. Melewati jalanan kecil yang berliku, rumah-rumah warga, hingga jalan besar nan sepi dengan pemandangan sawah di kiri kanan jalan.
Sempat terlintas di benak kami, untuk membatalkan melihat sunset di Parangtritis, tapi aku meyakinkan diri jika jalan yang kami tempuh hanyalah jalan dari Hutan Pinus menuju Pantai Parangtritis, bukan jalan dari Parangtritis ke Yogyakarta.
Pantai Parangtritis Yogyakarta |
Benar saja, saat berbelok ke Jalan Parangtritis, jalanan cukup ramai dengan bermacam-macam kendaraan. Kami tiba di pantai sekitar pukul 15.00 WIB dan menikmati waktu di tepi pantai yang mengarah ke laut selatan di mana Ratu Kidul bersemayam.
Pantai Parangtritis |
Ya begitulah hari itu ditutup dengan mengucapkan sampai jumpa di Pantai Parangtritis, dan kami kembali ke Kota Yogyakarta untuk mengistirahatkan badan. Alam memang selalu indah untuk dituju, menghasilkan lelah yang berbuah senyuman.
0 komentar: