Sasana Sewaka Keraton Solo |
Ada beragam wisata di Kota Surakarta atau Kota Solo. Salah
satu yang terkenal yaitu Keraton Solo atau Keraton Kasunanan Surakarta yang
berada di pusat Kota Solo.
Keraton Solo ini berada di Jalan Kamandungan, Baluwarti, Kecamatan Pasar Kliwon, Kota Surakarta. Sebelumnya, aku pernah ke Keraton Solo dan sangat penasaran dengan isi di dalamnya. Namun, pada saat itu aku hanya berfoto-foto di depan keraton dan berkeliling dengan sepeda motor di luar area keraton.
Ternyata, aku Kembali berkesempatan menyambangi Keraton Solo
lagi, dan kali ini aku bersama kakakku Asna mengunjungi Museum Suaka Budaya
Keraton Kasunanan Surakarta yang menyimpan beragam koleksi bang peninggalan
Kasununan Surakarta.
Dari depan keraton ada tanda yang menunjukkan lokasi
pembelian tiket masuk ke museum. Kemudian, setelah memarkirkan sepeda motor ke
tempat yang aman, kami pun mengantre bersama warga lainnya untuk membeli tiket.
Harga tiket masuk Museum Suaka Budaya Keraton Kasunanan
Surakarta yaitu Rp15 ribu per orang. Setelah itu akan ada seorang pemandu yang
menemani perjalanan keliling museum Keraton Solo. Keraton Solo buka setiap hari pukul 09.00 - 14.00 WIB kecuali hari Jumat.
Setelah membeli tiket, kita akan ditemani dengan seorang pemandu yang siap membawa berkeliling di lokasi-lokasi keraton yang boleh dikunjungi.
Saat itu pemandu kami adalah Bapak Setiabudi, ia menyilahkan
kami dan orang-orang dalam satu rombongan yang sama sekali tak kukenal untuk mengikutinya.
Selama tur bersama dengan pemandu, kami harus mengikuti
arahan dari pemandu baik ketika hendak memotret ataupun lainnya.
Pertama, Pak Setiabudi membawa kami ke lokasi Sasana Sewaka
yaitu pendopo di Keraton Solo. Kami hanya boleh melihat dari jarak yang sudah
ditentukan. Pendopo ini memiliki arsitektur perpaduan antara Eropa dan Jawa. Terlihat dari patung-patung putih khas Italia serta lampu gantung bertutup kain kuning yang hanya dibuka saat ada acara saja.
Foto di depan pendopo Keraton Solo |
Masuk ke lokasi tersebut, harus mengenakan pakaian yang sopan. Bagi pengunjung perempuan dilarang
memakari celana, jika memakai celana kita akan dipinjami kain yang dapat
diikatkan dipinggang menyerupai sarung.
Selain itu, pengunjung juga dilarang menggunakan alas kaki kecuali sepatu. Kata Pak Setiabudi lagi, hal sudah menjadi aturan dari keraton. Namun, jika sudah terlanjur memakai alas kaki yang tidak diizinkan, maka bisa tetap masuk dengan ketentuan tanpa alas kaki alias nyeker. Sandal bisa dititipkan di pintu masuk. Hal ini dilakukan demi sopan santun ketika memasuki area Keraton Solo.
Ada sangat banyak pohon sawo kecik di halaman pendopo. Pak
Setiabudi menjelaskan makna-makna dari pohon-pohon tersebut. Selain itu,
katanya juga, halaman pendopo yang ditumbuhi pohon tersebut memiliki pasir yang
berasal dari pantai selatan dan Gunung Merapi.
Di sebelah kanan pendopo terdapat menara yang diberi nama
Menara Panggung Songgo Buwono. Menara ini merupakan tempat pertemuan antaa raja
dengan Kanjeng Ratu Kidul.
Tak lupa, Pak Setiabudi menjelaskan, bahwa Kanjeng Ratu
Kidul berbeda dengan Nyai Roro Kidul. Dikatakannya, Kanjeng Ratu Kidul
merupakan ratu, sedangkan Nyai Roro Kidul hanyalah abdi dari Kanjeng Ratu
Kidul.
Ada banyak hal mistis di Keraton Solo. Pak Setiabudi mengingatkan untuk tetap menjaga tata krama dan sopan santun ketika berkunjung ke Keraton Solo. Boleh untuk tidak percaya tapi diharapkan tetap dapat menghormati apa yang sudah menjadi aturan di Keraton Solo.
Pak Setiabudi juga melarang pengunjung meludah sembarangan.
Hanya ada satu tempat dimana pengunjung boleh berfoto, yaitu tepat di depan
Pendopo Sasanan Sewaka.
Setelah mendengarkan penjelasan panjang lebar dari Pak
Setiabudi, kami diajak keluar, dan kami pun mengembalikan kain yang dipinjamkan
sebelum masuk tadi.
Tour selanjutnya, yaitu berkeliling Museum Keraton Solo. Di
ruangan pertama, terdapat lukisan para raja Solo pada masanya. Aku mendengarkan dengan seksama sambil sesekali melihat benda-benda yang dipajang dengan rapi.
Berlanjut ke ruang-ruang berikutnya, beragam peninggalan keraton
dipajang, baik itu senjata, porselen, alat makan, kereta-kereta kencana, gong,
hingga arca-arca yang bentuknya mirip seperti di candi.
Kemudian, di beberapa ruangan juga terdapat relief-relief
yang menggambarkan suatu tradisi yang pernah dilakukan di Keraton Solo, seperti
tradisi pernikahan, wayang, dan lain-lain.
Beberapa kali, Pak Setiabudi menyuruh kami berfoto di tempat yang sudah ditentukan. Ia juga siap memotretkan menggunakan gawai pengunjung. Hanya saja aku terlihat jelek di foto-foto yang diambilnya. Bukan, bukan Pak Setiabudi yang tak pandai mengambil gambar, akunya saja yang tidak Photoable.
Setelah selesai berkeliling dan berfoto di tempat yang
diperbolehkan, kami diantar ke dekat pintu masuk. Beberapa pengunjung, memilih
langsung keluar, beberapa lainnya berjalan-jalan di teras museum, sembari
menikmati angin sepoi-sepoi yang berhembus meniup daun-daun pohon beringin di
halaman museum.
foto di salah satu sudut museum Keraton Solo |
0 komentar: