Oleh: Mujawaroh Annafi
Judul : Cinta di Ujung Sajadah
No. ISBN :
978-602-7595-13-2
Penulis : Asma Nadia
Penerbit : REPUBLIKA
Tanggal
terbit :
Juli, 2012
Cetakan
: Kesatu, Juli 2012 Halaman : 292
Ukuran : 13,5 cm x 20,5 cm
Novel ini bercerita tentang seorang gadis bernama Cinta Ayu
yang tinggal bersama ayah dan ibu tiri serta dua saudari tirinya. Mendapatkan Ibu
baru dan saudara baru tak membuat kehidupan Cinta lebih baik, ia hidup bak
Cinderella yang mendapatkan perlakuan tak adil dari ibu dan saudari tirinya.
Sang Ayah yang seharusnya menjadi pelindung bagi putri
kandungnya pun lebih sering memihak kepada istrinya yang cantik bak model,
meskipun ia tahu bahwa anaknya tidak bersalah. Pertengkaran di meja makan acap
kali terjadi saban pagi ketika Cinta akan pergi ke sekolah.
Meskipun Mama Alia, begitu Cinta memanggil ibu tirinya,
cantik, hal ini tidak menular ke ke dua anak perempuannya. Anggun memiliki
tubuh kurus dan kurang percaya diri dengan penampilannya, sangat kontras dengan
Cantik yang memiliki tubuh gempal tapi memiliki rasa percaya diri yang tinggi
tapi terkesan norak. Sedangkan Cinta, ia tidak cantik juga tidak bisa dikatakan
jelek, tidak kurus juga tidak gemuk, hal ini seringkali membuat Anggun dan
Cantik sangat iri dengan Cinta.
Tapi Cinta tak peduli dengan perlakuan Anggun dan Cantik
yang kerap memancing emosinya karena hal sepele. Tetapi Cinta tak tahan jika
Anggun dan Cantik menyinggung hal tentang Ibu kandungnya.
Ibu adalah sosok yang tak pernah Cinta kenal, tak tahu
bagaimana rupa dan suaranya. Kerinduan tentang Ibu menjadikan Cinta terobsesi
memotret foto ibu dari teman-temannya, tak terhitung jumlah jepretan dengan
objek berbeda tapi dengan satu fokus, perempuan berwajah sendu dan keibuan,
hanya saja itu bukan ibu Cinta.
Ayah Cinta selalu menutup-nutupi kebenaran terkait ibu
Cinta. Memiliki seorang Ibu Tiri tak melunaskan kerinduannya akan sosok seorang
ibu. Kasih sayang yang didapatkan Cinta hanya dari Mbok Nah, pembantu rumah
tangga. Berkali-kali Cinta menanyakan ke Mbok Nah, bagaimana rupa sang Ibu,
namun Mbok Nah lebih memilih bungkam.
Di tengah kesedihan mendapatkan perlakuan kurang baik dari
saudari-saudarinya hadir seorang laki-laki tetangga barunya bernama Makky
Matahari Muhammadi. Juga support selalu datang dari sahabat-sahabat Cinta di
sekolah. Makky adala pria tampan yang menggeluti hobi fotografi, sejalan dengan
itu ternyata Cinta juga memiliki ketertarikan yang sama meskipun masih pemula,
hal ini membuat hubungan keduanya semakin dekat.
Angin segar menerpa wajah Cinta, ketika berulang tahun ke
17, saat ia mulai melangkahkan kaki berhijrah menjadi diri yang lebih baik dan
memutuskan untuk berhijab. Mbok Nah membeberkan semua kebenaran tentang ibu
Cinta yang akhirnya membawa Cinta pergi untuk mencari keberadaan sang Ibu dan
memulai sebuah perjalanan seorang diri.
Dalam perjalanannya ia bertemu dengan seorang pemuda yang
menemaninya mengunjungi tempat-tempat berbahaya. Kebaikan hatinya memberikan
rasa kepercayaan dari Cinta yang tak tahu apa-apa tentang kota yang ia
kunjungi.
Cinta di Ujung Sajadah, tak hanya berkisah tentang kerinduan
akan ibu, tetapi juga persahabatan dan cinta. Akankah Cinta bisa menemukan Ibu
Kandungnya? Bagaimana kisah sang Ibu, hingga ayah dan Mbok Nah menutup rapat
segala hal tentang Ibunya kepada Cinta? Dan siapakah yang menjadi jodoh Cinta?
Berawal dari pertanyaan Asma Nadia, Penulis novel ini
mengemas dengan bahasa yang ringan dan mudah dipahami pembaca dan memulai
cerita dari kisah Cinta di masa sekarang kemudian flashback menuju kehidupan Cinta di masa lalu. Tulisannya mengalir
dan memiliki ending yang tak terduga.
Pembaca dibuat penasaran tentang siapa ibu Cinta sebenarnya dan bagaimana
kehidupan ibu Cinta di masa lalu.
0 komentar: