Siapa yang tidak kenal dengan Lembah Harau yang berada di
Payakumbuh, Kecamatan Lima Puluh Kota, Sumatera Barat. Sebuah daerah yang
diapit oleh tebing terjal dengan ketinggian hingga ratusan meter. Di trip
kali ini aku akan menceritakan sedikit pengalaman pertamaku ketika berkunjung
ke Lembah Harau.
Perlu waktu sekitar lima jam mengendarai bus dari Pekanbaru untuk
sampai di Lembah Harau. Seperti biasa, seperti selalu, dalam perjalanan aku
terlelap dalam tidurku. Terbangun sesekali untuk minum atau sedikit makan atau
bahkan hanya sekadar untuk muntah dan memuaskan rasa mualku.
Di sepanjang perjalanan berganti-gantian pengamen naik turun
bus menyanyikan puluhan lagu hit Indonesia hingga lagu-lagu Minang yang aduhai.
Bahkan ketika memasuki gerbang menuju Lembah Harau, naik lagi seorang pengamen
pria bersuara merdu yang menemani perjalanan kami hingga ke Harau Resort.
Aku yan tadinya sibuk dengan duniaku sendiri, akhirnya
terbangun. Menikmati pemandangan alam yang membentang di depan mata di balik
kaca bening bus. Melewati persawahan, rumah-rumah warga dan lain-lain. Dari kejauhan
terlihat air terjun memberikan kesan sebuah kampung di dalam lukisan cat
minyak. Masyaallah, tak henti-hentinya aku takjub. Mungkin benar kata
orang, Tuhan menciptakan tanah Minang ini saat Ia tersenyum.
Tembang lagu terakhir telah habis, pengamen bersiap untuk
turun, tak lupa ia berjalan ke belakang untuk mendapatkan upah atas suaranya
yang merdu. Kulihat dengan senang hati orang-orang yang duduk di kursi-kursi
bus memberikan selembar uang Rp2 ribuan atau sekadar uang receh.
Pemandangan sawah berubah menjadi pemandangan tebing-tebing
tinggi, tak berapa lama akhirnya kami sampai di penginapan. Karena aku
berpergian karena agenda gathering kantor, maka liburanku kali ini lebih
mewah dibandingkan liburanku yang biasanya. Menginapnya saja di resort
hahaha, kampungan ya aku?
Harau Resort
Resort alias penginapan yang akan aku ceritakan ini
aalah salah satu resort yang menurutku menarik dan sekelas hotel
berbintang. Dengan desain klasik tak lupa dengan tanduk ala rumah Minang,
berbagai fasilitas di dalam ruangan semua klasik tapi elegan dan mewah. Kayunya
mengkilat, kasurnya empuk dan selimutnya hangat.
Rumah Gadang Utama, ini adalah penginapan yang aku tempati. Dari
luar disediakan kursi-kursi dari kayu untuk duduk bersantai menikmati hari. Ketika
kaki melangkah ke dalam ruangan, sebuah sofa klasik menunjukkan jika ruang ini
bisa digunakan untuk menerima tamu.
Ruang tamu |
Dalam ruangan yang sama terdapat dua kamar mandi yang
berhadap-hadapan dan dipisahkan dengan wastafel untuk mencuci tangan, ada
sebuah cermin berbentuk lingkaran dengan frame kayu. Kamar mandinya
masing-masing terdapat sebuah WC duduk dan sebuah ember. Cukup luas untuk mandi
beramai-ramai. Hahaha.
Aku lupa menjelaskan saat masuk ruangan tersebut ada tangga
kayu menuju atas. Yap penginapan yang aku tempati memang dua lantai, di lantai
atas terdapat ruangan panjang. Ketika berbelok ke kiri terdapat dua kamar dan
ketika berbelok ke kanan lalu berjalan lurus, belok sedikit ke kanan ada sebuah
kamar lagi. jika tetap lurus dan membuka pintu, sebuah balkon untuk bersantai
siap memanjakan diri.
Di balkon ada kursi goyang dan kursi santai lainnya yang
terbuat dari kayu. Memang sangat klasik. Belum lagi pemandangan dari balkon,
tebing tinggi dan penginapan yang masih dalam lokasi yang sama.
Saat itu kami sekitar 130 orang. Aku tidak menghitung pasti
ada berapa penginapan di tempat tersebut. Kalau tidak salah hitung ada tujuh
penginapan. Dan itu memang penuh, tapi tidak sesak, setiap orang mendapatkan
satu buah kasur dan satu selimut. Kalau spring bed-nya untuk dua orang ya
pakai dua orang lah. Btw semuanya tidur di lantai atas, tidak ada yang
di bawah.
Kami berangkat pukul 06.30 WIB dan siangnya sampai di sana. Seperti
layaknya generasi milenial, langsung foto-foto dong, keliling-keliling Harau Resort
sebelumnya akhirnya mengikuti serangkaian kegiatan yang ditaja oleh Event
Organizer. Hari itu tepatnya hari Sabtu kami habiskan dengan memainkan
berbagai permaianan bertabur hadiah. Btw aku dapat setrika merek Sanken.
Jadi lah kan?
Sore hari usai kegiatan, peserta gathering ada yang
bersantai-santai menikmati udara di Harau, ada yang berjalan-jalan,
berfoto-foto hingga hanya rebahan di kamar yang nyaman. Tentu saja tidak ada
AC, karena Harau itu dingin, ya meski tak sedingin sikapnya. Ehh.
Lalu aku gimana? Mandi dong? Di air terjun, jauh-jauh dari
Pekanbaru tapi melewatkan mandi di air terjun. RUGI!!!
Air terjun ini tak jauh dari Harau Resort. Cukup jalan
kaki 10 menit maka akan tiba di air terjun yang berada di tepi jalan ini. Kalau aku ke sana meliha
Sarasah Aka Berayun ini lebih seperti kolam renang, di pinggir-pinggirnya sudah
ada pembatas seperti tepi kolam. Hanya saja ada air yang terjun dari atas. Di tengah-tengah
kolam ada tempat yang memang sengaja dibuat untuk duduk-duduk menikmati
segarnya air di tempat ini.
Saat pertama kali mencelupkan kaki ke air. Brrrrrr,
dingin banget wei. Tapi seger, airnya bening kalau menyelam mata masih
bisa melihat dengan jelas, apalagi kalau pakai kacamata renang. Sore itu aku
mandi sepuas-puasnya sambil menikmati dingin dan segarnya Sarasah Aka Berayun.
Di sini tidak terlalu dalam menurutku, apalagi tepat di
bawah air terjunnya. Tinggiku yang hampir 150 cm ini masih bisa berjejak kaki
di bawah air terjun. Tapi saat aku datang, debit air memang tidak terlalu
tinggi. Semakin ke tepi memang sedikit lebih dalam, kalau pandai berenang tak
masalah lah kan mau sedalam apa.
Usai mandi balik lagi ke resort karena sudah hampir maghrib.
Lanjut besok lagi, jangan lupa baju basahnya besok pagi dipakai lagi untuk
berenang. Brrrrrr.
Lelah berjalan kaki, aku dan salah satu rekanku Kak Kuni
memutuskan untuk naik becak motor. Cukup bayar Rp5 ribu perorang, bapak ojeknya
siap mengantar dengan senang hati. Sebelum itu, tak lupa kami membeli Jasuke
untuk mengisi perut.
Di area Air Terjun Serasah Aka Berayun ini memang seperti
pasar, banyak warga yang berjualan di sekitarnya. Jadi kalau lapar tinggal
beli, harga juga bersaing dengan harga pasaran. Kalau mau ganti baju ada kamar
mandinya, cukup bayar Rp2 ribu. Masuknya barengan aja biar irit.
Sore-sore mandi aja sudah dingin pakai banget, gimana kalau
pagi? Karena jarang-jarang ke air terjun, aku memutuskan untuk nyebur untuk
kedua kalinya. Di pagi hari keesokan harinya, dingin eui. Tapi rasa
sayang akhirnya menepis keraguan untuk menceburkan diri. Dinginnya hanya di
awal kok, kalau udah gerak dan masuk ke air lama-lama juga tak terasa.
Kalau mandi pagi di Air Terjun Sarasah Aka Berayun ini lebih
nikmat. Kenapa? Karena pagi-pagi belum
terlalu banyak orang yang datang, penjual pun belum ada, jadi serasa air terjun
pribadi. Epic sekali untuk berfoto tanpa gangguan orang lain. Cuaca segar,
pemandangan indah ditambah dinginnya air. Lengkap rasanya.
Malam di Lembah Harau
Seperti yang kukatakan tadi, Harau terkenal dengan cuaca
dinginnya terlebih di malam hari. Tetapi menurutku tidak terlalu dingin juga sih,
standar. Entah karena aku memakai jaket dan tidur dengan selimut tebal, tapi
aku merasa dinginnya Harau tak sedingin yang orang lain katakan.
Malam itu usai kegiatan aku mengantri jagung bakar gratisan.
Cukup lama, karena aku harus menunggu dan mendapatkan ronde terakhir. Jagung bakar
manis original, tanpa sentuhan mentega tanpa sentuhan saus. Enak banget. Sebenarnya
Kang Bakarnya ada menawarkan saus, tapi aku sadar aku berada di Sumatera Barat,
tanahnya orang penggila pedas. Tak pedasnya orang sini, menurutku sudah sepedas
nyiyiran tetangga.
Kenyang memasukkan berbagai jenis makanan ke dalam perut. Kami
kembali ke penginapan tidur lelap hingga pagi menjela.
Ketika aku membuka balkon, aku duduk berlama-lama di kursi
goyang, menikmati gelapnya subuh yang berubah menjadi terang. Di sana aku tak
mengenakan jaket, hanya memakai baju lengan pendek dan celana panjang
berselubung sarung warisan. Tidak terlalu dingin, 11 12 dengan kampungku di
Indragiri Hilir saat pagi.
Udara pagi yang segar menyejukkan membawaku segera turun dan
mengenakan jaket dan menenteng kamera. Kemana? Jalan-jalan dan foto-foto lah.
Hehe |
Itu sekitan cerita dari Lembah Harau. Sampai jumpa di
tulisan berikutnya tentang Wisata Kampung Eropa.
Foto lain:
Foto lain:
Penginapan lain dalam lokasi yang sama |
Luarnya sederhana dalamnya mewah |
Jalan menuju Air TerjunSarasah Aka Berayun |
Tahun lalu sempet diajakin ikut jalan ke Lembah Harau, sayangnya blm bisa ikutan. Baca tulisan mbak skrg jadi bener2 penasaran pengen kesana. Tunggu lahiran maybe, eh tunggu anak mpasi kali yah hehehe
ReplyDeleteHolide bareng keluarga pasti seru kk. Suatu saat nnti hrus cba deh
DeleteKami tengah bulan kemarin ke Harau untuk kedua kalinya. Pertama ke kampung eropa, nah yang kedua kali mau ke air terjun tapi pas liat dari jalan air terjunnya kurang deres jadinya diputuskan balik lagi. Duh, liat postingan ini jadi nyesel.
ReplyDeleteAku kmrin yg jdi tujuan utama dlam hati itu ya air terjun kk. Sampai sana nggak peduli dinginnya pgi langsubg nyebur. Kerna takut nyesel hehehe
DeleteBelum pernah ke Sumbar jadi belum pernah ke Harau huhuhuhuuu semoga tahun ini bisa kesana aminn
ReplyDeleteAmiin. Dkat kok yung. Cuma 5 jam.
DeleteDuh, aku dah lama juga pengen nyobain destinasi di harau ini, cuma belum kesampaian...
ReplyDeleteCoba ke sna bg. Seru. Dan cakep
DeleteEh Sumpah! Liat postingan ini jadi pengen kesana liburan :(
ReplyDeletekapan dan ntah siapa lah ya yang mau ngajak wkwkwkwk *kode lho ini
Kode terooos. Hahaha. Langsung diterjemahin kk. Beberapa org nggak paham kode kk. Aku juga hehe
DeleteAdem banget sih ini di sini hehe.. Air terjunnya jadi pengen bikin berenang di situ, serunyaaa hueeee..
ReplyDeleteAdem n dingin kk. Aku aja smpai dua kali mndi di situ. Sore dn pagi
DeleteDari tahun lalu berencana buat ke Harau, tapi Allah belum merestui huhu. Baca postingannya jadi makin kepengen
ReplyDeleteGpp yg pnting dh ad rncana. Tinggal reslisasikan aja
Delete130 orang? wooh..pasti seru dan bingung sakin banyaknya..ahaha jadi kangen maen ke harau lagi euy
ReplyDeleteBanyak banget kan kk? Hahaha. Main ke sna untuk sekian kalinya lgi la kk. Harau mmang ngangenin
Delete